REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Film pendek karya sineas muda Indonesia Amanda Valani berjudul 'A Long Way to Go', berhasil menarik perhatian dalam festival film bertema hak asasi manusia (HAM) di London, Inggris, awal pekan.
Kepada Antara London, Kamis (27/3), Amanda mengatakan, film dokumenter pendek karyanya berkisah tentang pencarian identitas seorang transgender asal Inggris yang akhirnya memeluk agama Islam. Perempuan yang sedang mengambil program master dalam bidang dokumenter di Goldsmith University of London itu, mengatakan, film tersebut menceritakan perjalanan mantan tentara Inggris yang kini mengalami depresi akibat penolakan dan tindakan intimidasi dari keluarga serta lingkungan sekitarnya.
Lucy (29), yang mengubah namanya menjadi Layla setelah menjadi seorang mualaf, dalam film tersebut menceritakan bahwa dirinya mendapatkan kedamaian saat belajar lebih dalam mengenai Islam melalui Alquran. Layla yang dilahirkan di Cirencester dan akhirnya pindah ke Swindon, dalam film tersebut menyebut very peaceful mengenai apa yang tengah didalami dalam hidupnya. Ia senang menikmati nyanyian syahdu kelompok musik Islami dari telepon genggamnya.
Kisah nyata Layla yang kini mengenakan jilbab dan menetap di kota Swindon, menurut Amanda, mengakui bahwa dirinya menemukan kedamaian dengan menjadi seorang muslimah. Usaha Layla untuk meyakinkan identitas dirinya sebagai seorang lelaki, awalnya dilakukan dengan masuk sekolah militer. Tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari militer, setelah merasa yakin ingin menjadi perempuan.
Namun, pengurus masjid di tempatnya tidak mengizinkannya shalat bersama jamaah wanita di tempat ibadah tersebut. Lucy akhirnya hanya menjalankan ibadah shalat lima waktu di rumahnya.
Karya berjudul 'A Long Way To Go' terpilih sebagai delapan nominasi film dokumenter terbaik di antara ratusan film yang masuk dalam kompetisi film antarmahasiswa se-Inggris Raya yang diadakan oleh Human Rights Watch. Amanda mengatakan membuat film bertemakan muslim transgender sudah menjadi salah satu obsesinya sejak beberapa tahun lalu, namun baru tahun ini terealisasi.
Menurut gadis yang bekerja di stasiun Metro TV ini, di Indonesia isu transgender sangat sensiif jika dikaitkan dengan agama Islam, sehingga sulit untuk ditayangkan secara luas. Salah satu tantangan membuat film ini adalah perbedaan budaya antara dirinya dan subjek film. "Tapi pada akhirnya bisa berjalan lancar karena Layla menaruh kepercayaan besar kepada saya dalam membuat film mengenai kehidupannya," ujar Amanda.