REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Perhutani dan Yayasan Owa Jawa (YOJ) hari ini telah melepas-liarkan empat ekor Owa Jawa (Hylobatesmoloch) ke habitat alami di kawasan Puntang, hutan lindung Gunung Malabar, Bandung, Jawa Barat.
"Konservasi Owa Jawa juga dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung dengan pengembangan spesies liar, sehingga keseimbangan ekosistem dapat terjaga," kata Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis (27/3).
Empat ekor Owa Jawa dalam satu keluarga, yang bernama Bombom (betina), Jowo (jantan), dan kedua anaknya yakni Yani (betina), Yudi (jantan) berasal dari hewan peliharaan masyarakat. Keluarga Owa tersebut direhabilitasi selama enam tahun di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa di Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
Bambang mengatakan kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar dipilih setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon pakan dan keamanan. "Program ini juga merupakan contoh public-private partnership untuk dasar pembangunan hutan berkelanjutan," ujarnya.
"Keterlibatan sektor bisnis dalam upaya perlindungan satwa dan lingkungan sangat penting," tambah Bambang. Kedatangan Owa Jawa ini juga diharapakan mendongkrak minat wisatawan dan mampu memberi manfaat langsung bagi masyarakat sekitar.
Ketua Pengurus Yayasan Owa Jawa Noviar Andayani menggarisbawahi bahwa upaya konservasi primata, khususnya Owa Jawa, bukan hal yang mudah. Owa Jawa (Hylobatesmoloch) merupakan primata yang paling terancam punah karena hilangnya habitat akibat pembukaan hutan untuk berbagai kepentingan.
Organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan Owa Jawa ke dalam kategori spesies terancam punah dengan peluang kepunahan 50 persen. Masalah lain adalah Owa Jawa kerap kali ditangkap untuk diperjual-belikan masyarakat.