Kamis 27 Mar 2014 14:13 WIB

Kasus Bailout Bank Century Seperti Kebakaran dari Satu Rumah

Rep: Esthi Maharani/ Red: Muhammad Hafil
 Wapres Boediono memberikan keterangan pers seusai menjalani pemeriksaan oleh KPK atas kasus dana talangan Bank Century di kantor Wapres, Jakarta
Foto: Antara/Geri Aditya
Wapres Boediono memberikan keterangan pers seusai menjalani pemeriksaan oleh KPK atas kasus dana talangan Bank Century di kantor Wapres, Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Wakil Presiden, Boediono kembali menjelaskan tentang kebijakan yang diambilnya saat dihadapkan pada kasus Bank Century. Hal itu disampaikan pada saat bertatap muka dengan masyarakat Indonesia di Den Haag, Belanda pada Rabu (26/3). 

Ia menjelaskan krisis ekonomi yang melanda suatu negara tidak akan pernah dapat diprediksi akan terjadi kapan. Pada tahun 1997/1998 Indonesia mengalami guncangan krisis, saat itu terjadi krisis keuangan Asia, tetapi kita dapat melewatinya. “Saat tahun 2008 terjadi krisis, kita telah mempunyai pengalaman menghadapi krisis,”katanya. 

Tahun 1998 adalah krisis yang besar karena merupakan krisis global. Dunia dalam situasi gonjang-ganjing, dan psikologi masyarakat sangat dipengaruhi oleh rumor yang beredar. Wapres menambahkan pada tahun 1997/1998, masyarakat sering bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kondisi di dalam masyarakat?

 “Kalau kali ini ada bank yang ditutup, minggu depan bank apa yang akan ditutup. Saat itu, kami menutup 16 bank. Jika dihitung asetnya hanya sebesar 3 persen dari total perbankan,” ujar Wapres.

Pada prinsipnya, saat krisis melanda di tahun 2008, niat pengambil keputusan hanyalah satu, menyelematkan negara dari krisis, tidak ada niat lain. “Saya saat itu beberapa bulan menjadi Gubernur BI, jadi tidak mengenal siapa pemilik bank ini dan bank itu. Tujuan kami hanya menyelamatkan negara," ucap Wapres.

Jika diibaratkan, kata Wapres, pengambilan kebijakan bailout Bank Century seperti menyelamatkan sebuah kampung dari kebakaran besar yang dimulai dari sebuah rumah. Jika kita berdebat tentang siapa pemilik rumah, utangnya berapa, maka waktu kita akan habis dan api sudah semakin besar dan kebakaran sudah melanda beberapa rumah.

"Saat menyelamatkan rumah itu, kita tidak pernah berpikir itu rumah siapa. Jika itu rumah penjahat atau mempunya utang yang memiliki rumah, itu urusan nanti. Yang penting kita selamatkan dulu deh kampungnya,”kata Wapres. 

Wapres berada di Belanda untuk menghadiri sejumlah agenda. Beberapa diantaranya menghadiri KTT Keamanan Nuklir di Den Haag, memberikan kuliah umum di Universitas Leiden, hingga bertemu dengan pebisnis dari Belanda. 

Untuk diketahui, jumlah WNI di Belanda yang tercatat di KBRI adalah sebanyak 16.520 orang. Dari data kependudukan Belanda, etnis Indonesia adalah terbesar kedua setelah etnis Belanda. Dan jumlah mahasiswa sebanyak 1.495 mahasiswa, serta siswa yang sekolah di Sekolah Indonesia sebanyak 79 murid. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement