REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi kembali mengeluarkan hembusan berupa gas disertai material vulkanik baik abu, pasir maupun kerikil pada, Kamis (28/3) pukul 13.12 hinggs 13.16 WIB. "Kita tidak bisa memantau ketinggian hembusan itu, karena saat itu puncak tertutup kabut," ujar Kepala Balai Peyelidikan dan pengembangan teknologi bencana geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Subandriyo.
Akibat hembusan ini daerah di bawah Merapi pada radius 7 kilometer terkena hujan abu, pasir dan kerikil. Bahkan sebelum terjadi hembusan suara gemuruh juga terdengar hingga radius 7 kilometer tersebut. "Kita tidak melihat gejala awal yang jelas dan setelah hembusan empat menit itu kondisi Merapi kembali normal," katanya.
Hembusan itu menurutnya bukan termasuk letusan freatik. Kalau letusan freatik disebabkan karena percampuran dengan aiir hujan dan gas dalam kawah. Namun kali ini hanya hembusan saja, dan hal ini sering terjadi d Merapi.
Saat ditanya ada hubungannya dengan aktivitas Gunung Slamet, Subandriyo memastikan tidak ada. Menurutnya, hembusan itu murni dari aktivitas gas di kawah Merapi yang keluar disertai material vulkanik. Aktivitas ini kata dia, juga tidak diikuti dengan aktivitas naiknya magma ke permukaan sebagai aktivitas awal erupsi. Karenanya status Merapi saat ini masih aktif normal.
Menurutnya, pasca erupsi 2010 lalu Merapi semakin kaya dengan gas. Gas-gaas ini ketika terakumulasi dan melepaskan diri maka akan muncul hembusan seperti itu. "Masyarakat diminta untuk tetap tenang, ini aktivitas biasa," katanya.