REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi kembali mengeluarkan embusan pada Kamis (27/3) pukul 13.03 WIB. Embusan tersebut membuat Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diguyur hujan abu tipis.
Hujan abu tipis mengguyur wilayah di sekitar Desa Kepuharjo dan Argomulyo Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Hujan abu terjadi sekitar 20 menit. "Tidak ada warga yang mengungsi," ujar Kepala Desa Kepuharjo, Heru Suprapto kepada Republika, Kamis (27/3).
Suara gemuruh Gunung Merapi sempat membuat sejumlah warga berkumpul di titik kumpul. Namun, warga kemudian kembali ke rumah setelah aktivitas Merapi normal. Petugas dari pemerintah desa setempat juga membagikan masker.
Heru mengatakan masker sudah disediakan pemerintah kabupaten. Persediaan masker disiapkan di Balai Desa dan Puskesmas setempat. "warga kami minta untuk waspada," ujarnya.
Data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan suara gemuruh dari puncak Gunung Merapi terdengar pada pukul 13.05 WIB. Sementara dari data seismik menunjukkan peningkatan aktivitas Merapi dari pukul 13.03-13.27 WIB. Aktivitas Gunung Merapi kemudian kembali normal.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Julisetiono Dwi wasito mengatakan masker dibagikan ke Kecamatan Cangkringan. Petugas setempat juga diminta untuk menenangkan warga yang sempat panik saat Gunung Merapi bergemuruh. "Merapi sudah normal kembali," ujarnya.
Embusan Gunung Merapi sebelumnya juga terjadi pada 10 Maret 2013. Aktivitas tersebut membuat hujan abu tipis di sekitar lereng Merapi. Namun, status Gunung Merapi tetap normal.
Ditemui sebelumnya, Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandriyo mengatakan fenomena embusan dan letusan freatik Merapi sulit dideteksi. Kondisi tersebut karena tidak ada aktivitas kegempaan di Merapi. Padahal, Gunung Merapi saat ini kaya gas dan tidak memiliki kubah lava. "Gas akan keluar begitu saja," ujarnya.