REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Golongan Karya (Golkar), tidak terpengaruh atas hasil survei Charta Politica. Lembaga survei tersebut, menempatkan kedua partai itu sebagai partai yang paling tidak disukai masyarakat saat ini.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS Jabar Tate Qomarudin, kerja dan upaya partainya dalam meraih simpati masyarakat tidak berdasarkan hasil survei mana pun. Keterlibatan PKS dalam mewarnai demokrasi tanah air bukan atas dasar survei, melainkan karena program kerja dan visi partai untuk membangun bangsa.
Sehingga, kata dia, pihaknya akan tetap berjuang untuk meyakinkan pemilih pada Pemilu kali ini agar memilih partai dakwah tersebut. Tate mengaku optimistis, penilaian negatif terhadap partainya itu tidak akan berpengaruh terhadap keterpilihan PKS pada pemilu yang akan digelar 9 April itu.
Rasa percaya dirinya itu muncul berdasarkan sejumlah pemilihan kepala daerah yang menunjukkan hasil positif bagi partainya. "Dulu opini negatif terus dikembangkan, tapi pilkada di sejumlah daerah kami menang. Insya Allah partai kami masih dipercaya masyarakat," ujar Tate saat dihubungi, Kamis (27/3).
Kendati begitu, Tate enggan mengkritisi hasil survei tersebut. Karena, hal tersebut hak lembaga survei untuk menilai seperti apa. Pihaknya, tak punya hak untuk melarang.
Sementara Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Jabar Pulihono, Ia menilai hasil survei tersebut tidak konsisten. Sebab, di satu sisi partainya itu tidak disukai masyarakat. Namun, di sisi lain partai berwarna kuning itu menempati urutan kedua dalam tingkat keterpilihan.
"Survei Charta Politica tidak masuk akal. Kalau Golkar tidak disukai, kenapa elektabilitasnya tinggi," kata Pulihono.
Pulihono pun, mempertanyakan alasan tidak disukainya partai Golkar oleh masyarakat. Bahkan, Ia menilai survei itu dilakukan untuk menggiring opini masyarakat. "Jangan sampai publik didorong dengan opini seperti ini. Saya sangat menyayangkan jika ada penggiringan opini ke arah sana," katanya.