REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN— Simpati terhadap ancaman eksekusi mati Satinah terus mengalir dari elemen masyarakat di Kabupaten Semarang. Salah satunya datang dari para siswa dan pengajar di Raudahtul Athfal (RA) Istiqomah, Ungaran, Kabupaten Semarang.
Sedikitnya 200 siswa lembaga pendidikan ini menyisihkan uang saku mereka untuk membantu meringankan kekurangan diyat Satinah, Jumat (28/3). Para siswa RA Istiqomah ini mengumpulkan donasi mereka dalam bentuk ‘sedekah peduli TKW Satinah’.
Proses pengumpulan sedekah ini disaksikan perwakilan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Semarang. Ketua Majelis Pendidikan Yayasan Istiqomah, Dr M Saerozi MAg mengatakan, aksi kepedulian untuk Satinah ini menjadi ‘laboratorium amal’ bagi siswa RA Istiqomah.
Menurutnya, sikap peduli kepada sesama dan ikhlas berbagi tak cukup diajarkan dalam materi pelajaran di kelas. Namun contoh implementasi dari sikap peduli ini juga harus dipraktekkan bahkan dibiasakan dalam keseharian sejak dini.
Sebab sikap peduli ini tidak dapat dilaksanakan dengan instan. “Tidak bisa orang kalau sudah tua akan menjadi lebih peduli dengan sendirinya, tanpa diajarkan sejak dini,” tambah Saerozi.
Dalam konteks ini, lanjutnya, kepedulian para siswa ini diarahkan untuk membantu meringankan persoalan yang dihadapi ibu Satinah. Karena TKW asal Kabupaten Semarang ini tengah terancam eksekusi mati jika jumlah diyat dimintakan tidak terpenuhi.
“Hasil sedekah para siswa RA Istiqomah ini akan diserahkan ke rekening peduli Satinah, melalui Dinsosnakertrans Kabupaten Semarang,” tambahnya.
Sementara itu, “Kami sangat kasihan dengan ibu Satinah, karena akan dihukum mati di sana (red; Arab Saudi),” kata salah seorang siswa, Muhammad Fais Rasya (5 tahun).