REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Keluarga Satinah sudah menyiapkan tanah jika anak bungsu dari enam bersaudara itu kembali ke Tanah Air yang sebagian dibeli dari hasil kerja kerasnya selama menjadi tenaga kerja Indonesia. "Satinah itu memang pekerja keras. Keberangkatan dia yang ketiga kalinya ini kan untuk membeli tanah dan menyekolahkan putrinya," kata Sulastri (39), kakak ipar Satinah, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (28/3).
Warga Dusun Mrunten Wetan, Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang itu mengakui bahwa Satinah tergolong orang yang tidak bisa berdiam diri atau bersantai-santai. "Selalu saja ada sesuatu yang dikerjakannya," ucap Sulastri.
Istri dari Paeri (46), kakak kandung Satinah, itu menceritakan Satinah sebelum menikah sempat bekerja serabutan, berjualan di Pasar Ungaran, sementara di rumahnya juga menyempatkan berjualan sayur-sayuran. "Pernah juga kerja di Jakarta, ikut perusahaan konveksi. Setelah menikah, Satinah ikut suaminya di Tegal, kemudian berpisah. Satinah berangkat jadi TKI, dan anaknya (Nur Apriana, red) dititipkan kepada kami," katanya.
Ia mengakui bahwa Satinah selama ini memang paling dekat dengan keluarga Paeri, kakaknya yang nomor lima, daripada kakak-kakaknya yang lain sehingga menitipkan anak semata wayangnya kepada keluarga kakaknya itu. "Satinah ingin membeli tanah dan menyekolahkan anaknya. Itulah yang mendorongnya pergi lagi ke Arab Saudi jadi TKI. Namun, belum sampai uangnya untuk membeli tanah terkumpul ternyata kena masalah ini," katanya.
Akhirnya, kata dia, kekurangan uang untuk membeli tanah yang juga terletak di Dusun Mrunten Wetan, Ungaran, itu ditalangi oleh keluarganya, termasuk Paeri, untuk membahagiakan Satinah jika nanti pulang. "Yang 'nutup' (kekurangan pembelian tanah, red), ya, kakak-kakaknya. Sudah disertifikatkan pula. Maksud kakak-kakaknya ingin membahagiakan Satinah kalau nanti pulang, tanahnya sudah bisa dibeli," ungkapnya.
Oleh karena itu, kata dia, pihak keluarga sangat berharap Satinah bisa terhindar dari hukuman pancung dan bisa segera kembali pulang ke kampung halamannya dengan selamat untuk berkumpul dengan keluarganya. Sulastri menceritakan Satinah dulu sempat meminta dibawakan ceriping pisang dan kacang bawang jika keluarga berangkat ke Arab Saudi untuk menjenguk, dan pesanan itu dibawakannya saat menjenguk Satinah pada tahun 2013.
"Saya sampai nangis, ya, mungkin di sana (Arab Saudi, red) tidak ada makanan seperti itu. Sesampainya di sana, ternyata ceripingnya remuk. Malah Satinah sempat tertawa 'diguyoni' (diajak bercanda, red) kakaknya," katanya.