Jumat 28 Mar 2014 20:35 WIB

Mahyudin Al Yudra: Malaka Pusat Kebudayaan Islam dan Melayu (1)

Rep: Rosita Budi Suryaningsih/ Red: Chairul Akhmad
Replika Istana Kesultanan Malaka.
Foto: Wikipedia.org
Replika Istana Kesultanan Malaka.

REPUBLIKA.CO.ID, Kerajaan Malaka pernah begitu disegani oleh kawan maupun lawan. Islam juga berkembang pesat pada masa ini.

Sejauhmana peran dan kedudukan Malaka? Wartawan Republika Rosita Budi Suryaningsih mewancarai Ketua Balai Kajian dan Pengembangan Melayu, Mahyudin Al Yudra. Berikut kutipannya:

 

Bagaimanakah kedudukan Kerajaan Malaka di mata orang Melayu dan internasional?

Sejarah Melayu berpusat di Malaka, Riau, dan Johor. Dulu, belum ada batasan antara negara Indonesia dan Malaysia.

Malaka merupakan kota dan kesultanan yang paling penting dalam sejarah Melayu di nusantara. Kesultanan ini merupakan sebuah kerajaan yang sangat kuat serta punya hubungan politik dan dagang dengan pihak-pihak lain yang lebih besar.

 

Apakah hingga kini masih ada peninggalan dari Kesultanan Malaka yang bisa kita lihat?

Banyak sekali. Kita bisa melihat replika istana yang dibangun kembali untuk menunjukkan eksistensi Kesultanan Malaka, masjid-masjid tua, juga benteng-benteng yang dibangun oleh Portugis yang membuktikan betapa hebatnya perlawanan yang dilakukan oleh Kerajaan Malaka pada masa dulu.

Banyak sekali artefak dan benda-benda peninggalan yang terjaga dan terawat dengan baik. Masjid yang ada pun unik, merupakan gabungan gaya arsitektur antara Jawa (Demak), Melayu, dan Arab. Juga dengan banyak sekali tulisan dan manuskrip yang menjadi peninggalan dari Kesultanan Malaka. Kesultanan  ini termasuk kerajaan yang punya jejak peninggalan paling lengkap dibandingkan kerajaan lslam lainnya.

Bahkan, di daerah tersebut, yang merupakan bagian dari Malaysia sekarang, pendapatan asli daerah (PAD) terbesar daerah tersebut datang dari museum. Ini berarti sangat banyak orang yang berkunjung untuk melihat jejak peninggalan Kesultanan Malaka yang dijaga dan dirawat dengan rapi.

 

Bagaimana kehidupan sosial orang Melayu sebelum Islam datang ke sana?

Sebelum datangnya Islam, masyarakat di sana lekat dengan kepercayaan lokal, yaitu yang berupa animisme dan dinamisme. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya patung, palungan tempat menyimpan tengkorak, menhir untuk menghormati arwah nenek moyang, dan berbagai batu besar lainnya.

Kemudian, datang pengaruh dari Hindu dan Buddha, yang dapat dilihat dari keberadaan situs-situs kerajaan sebelum Islam, patung ganesha, lingga, dan patung-patung Buddha gaya Amaravati.

Pengaruh lain sebelum Islam adalah kebudayaan Cina dengan Konfusianismenya. Kontak antara Melayu dan Cina telah terjadi sejak lama. Bahkan, melalui catatan-catatan orang-orang Cina tersebut, kita dapat membaca perjalanan sejarah Melayu. Hingga akhirnya, Islam kemudian datang di wilayah ini, termasuk Malaka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement