REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Presiden Barack Obama melakukan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi.
Kunjungan kali ini diharapkan menjadi momen untuk menenangkan Saudi mengenai dinamika kebijakan Amerika Serikat belakangan ini, khususnya terhadap Iran.
Namun di balik itu, berbagai media menyoroti dilema dalam kunjungan Obama kali ini.
Dalam artikel 'Is gay former Saudi diplomat victim of politics?' CNN, Jumat (28/3) melaporkan kasus mantan diplomat Arab Saudi, Ali Asseri, yang meminta suaka di AS karena takut kembali ke negaranya.
Sebagai seorang gay, dia tidak akan dapat diterima di lingkungan masyarakat Saudi yang konservatif.
"Tidak perlu bertanya," katanya. "Jika anda kembali dan mengatakan saya seorang gay dan bangga dan saya tidak percaya dengan agama lagi. Di bawah syariah ini adalah kematian. Anda akan sangat bahagia jika mereka membunuhmu langsung," katanya.
Media Amerika Serikat tampaknya ingin melihat bagaimana Obama bertindak mengenai isu ini mengingat Obama sangat keras mendukung hak gay di dalam dan luar negeri seperti di Afrika.
Namun, diperkirakan Obama akan memainkan langkah politik dalam kasus ini. Ahmed, seorang aktivis Saudi mengatakan Asseri akan menjadi komoditas politik bagi AS agar tidak mengecewakan Saudi.
Walaupun begitu, Asseri masih berharap permohonan suakanya dapat diterima AS.
"Ketika Presiden Obama mencalonkan diri tahun 2008, saya mendukungnya. Saya mendoakannya. Saya menganjurkan teman-teman saya untuk memilihnya. Sekarang saya tidak sanggup menontonnya di TV," katanya.
"Saya marah. Katanya dia mendukung hak-hak gay, lalu mengapa ini terjadi kepada saya," jelasnya.
Beberapa negara konservatif masih belum menoleransi kehidupan gay. Dalam artikel 'African Religious Leaders Reject Obama's Call For Gay Rights' The Huff Post tahun lalu melaporkan bahkan para pemimpin berbagai agama di Afrika menolak seruan Obama untuk mendukung hak gay.
Arab Saudi sendiri pernah digemparkan dengan kasus pembunuhan yang melibatkan Saud bin Abdulaziz bin Nasser Al Saud. Pangeran Saudi ini didakwa membunuh pembantu prianya setelah sebelumnya disangkakan melakukan hubungan homoseksualitas di London.