REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampanye Earth Hour tahun ini diikuti aksi berkelanjutan yang dilakukan berbagai pihak di sejumlah kota di Indonesia.
Sejumlah kota yang melakukan aksi berkelanjutan ini antara lain Banda Aceh dengan aksi tanam mangrove di pesisir Aceh Besar, Bekasi dengan aksi tanam mangrove di Muara Gembong, Bandung dengan aksi pengelolaan sampah kota, Yogyakarta dengan aksi tanam pohon produktif di Desa Terong dan Samarinda dengan aksi revitalisasi sungai.
Kemudian, Makassar dengan kampung hijau dan sekolah satelit dalam skema Makassar Creative City Movement dan Denpasar dengan aksi adopsi koral untuk birukan laut di Bali Barat dan aksi tanam pohon untuk hijaukan hutan di Kaldera Gunung Batur Kintamani.
"Keberhasilan kampanye ini tidak dikukur dari penghematan listrik pada satu jam di Earth Hour, tapi amplifikasi perubahan gaya hidup ramah lingkungan di kota-kota pendukung Earth Hour dan program berkelanjutan yang ditargetkan untuk menjadi bagian dari perubahan di kota mereka masing-masing," ujar Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia, Nyoman Iswarayoga, Sabtu (29/3).
Ia mengatakan, aksi komunitas akan berkontribusi pada tujuan awal Earth Hour, yaitu berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim.
"Sebuah gerakan perubahan akan efektif jika seluruh lapisan di masyarakat berkolaborasi, terutama orang-orang mudanya," katanya.
Earth Hour adalah sebuah gerakan global yang diikuti oleh 154 negara yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan untuk turut peduli terhadap perubahan iklim dan dampak yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Tahun lalu, gerakan ini berhasil memobilisasi 2,3 milyar individu di seluruh dunia, dan di Indonesia diakui sebagai gerakan lingkungan hidup terbesar yang paling aktif menjaring partisipasi lebih dari 1,5 juta individu dan anggota komunitas dalam aksi online maupun offline.