REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Harga lada putih di tingkat pedagang pengumpul di Kota Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung (Babel) menembus Rp118 ribu per kilogram atau naik dibanding sebelumnya Rp110 ribu karena permintaan komoditas tersebut meningkat.
"Kenaikan harga komoditas ini karena permintaan negara tujuan ekspor meningkat, sementara pasokan lada dari petani kurang," kata pedagang pengumpul lada putih, Ellan di Pangkalpinang, Minggu.
Ia menjelaskan, kenaikan harga lada putih tidak mempengaruhi transaksi yang masih sepi, karena petani belum memasuki masa panen.
"Dalam sepekan terakhir saya hanya mampu mengumpulkan 50 kilogram saja, sementara permintaan importir mencapai 500 kilogram per minggu," ujarnya.
Ia memperkirakan harga lada putih akan terus mengalami kenaikan karena permintaan pasar nasional dan internasional yang terus meningkat dan tidak sebanding dengan hasil petani yang masih kurang.
"Dalam beberapa tahun terakhir hasil lada putih Babel mengalami penurunan karena minat petani mengembangkan komoditas ini berkurang dan mereka lebih tertarik mengembangkan komoditas lainnya seperti karet, kakao, atau menambang bijih timah karena lebih mudah dan cepat menghasilkan uang," ujarnya.
Yadi, pedagang lada putih lainnya menambahkan, kenaikan harga belum mempengaruhi transaksi yang justru semakin berkurang.
"Ini merupakan harga tertinggi dalam tahun ini karena permintaan pasar dalam dan luar negeri terus meningkat, sementara pasokan petani kurang," ujarnya.
Menurut dia, permintaan pasar luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa tinggi karena lada putih Babel atau "Muntok white pepper" memiliki cita rasa dan aroma yang khas.
"saat ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari petani mengandalkan hasil penjualan karetnya, sementara hasil panen lada putih cenderung disimpan sebagai tabungan mereka," ujarnya.