REPUBLIKA.CO.ID, KABANJAHE -- Di sebuah pojok di depan Masjid Agung Kabanjahe, Ny Mulyati sibuk melayani pembeli dagangannya. Maklum saja tidak banyak yang berjualan di sana. Masjid Agung Kabanjahe ini adalah satu dari 11 lokasi di Kabupaten Kabanjahe yang masih menjadi tempat penampungan bagi 11 ribu pengungsi bencana erupsi gunung Sinabung.
Praktis hampir enam bulan, Ny Mulyati tinggal di lantai bawah Masjid Agung Kabanjahe bersama 431 orang pengungsi lainnya. Ditemani lima orang anaknya, ia menghabiskan waktunya di sekitar areal masjid. Ia sebelumnya tinggal di desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat yang berjarak 4 km dari gunung Sinabung.
Wanita berusia 44 tahun ini sempat mengaku bosan tinggal di tempat tersebut. Celakanya, belum ada kejelasan mengenai relokasi. Terkadang ia rindu kesibukan dulu sebelum Sinabung meletus yakni pergi pagi menjelang siang baru pulang.
Sempat didera rasa stres, namun ia sadar bahwa kehidupan ini harus berlanjut, seberat apapun ujian yang Allah berikan.
Kegundahan hatinya ditangkap Johson Tanjung selaku pengurus BKM Masjid Agung Kabanjahe. Perempuan itu akhirnya bertemu lembaga sosial, termasuk lembaga kemanusiaan nasional. PKPU. Tidak hanya memberikan program bantuan charity seperti air bersih, sembako, selimut, tapi program pemberdayaan.
Program ini melatih ibu-ibu pengungsi dengan keterampilan membuat kue. Kesibukan belajar membuat kue ini ternyata bisa menjadi hiburan keseharian untuk mereka.
Tak cukup puas dengan hanya punya keterampilan membuat kue, Ny Mulyati bersama lima orang ibu lainnya memberanikan diri menjual kue-kue itu kepada para tamu yang mengunjungi Posko Pengungsian Masjid Agung Kabanjahe.
"Alhamdulillah, sekarang setiap harinya lumayan banyak toples-toples itu terjual dengan laris. Memang baru kue nastar dan peyek kacang saja yang baru mereka bisa jual, tapi lumayan memberikan penghasilan buat mereka, setelah 6 bulan ini tidak berpenghasilan sama sekali," kata Mulyati, Senin (31/3) melalui siaran pers yang disampaikkan PKPU kepada ROL.
Sambil menunggu informasi relokasi, dia berharap masih bisa jualan kue di masjid ini. Bahkan, ia berhatap bisa meningkatkan usahanya.
Ia merasakan uang yang diterima sekarang lebih manis rasanya semanis kue nastar yang dijualnya. Meski ada bencana Sinabung yang menghabiskan ladangnya itu, ia bersyukur masih bisa mandiri tidak tergantung belas kasihan orang lain untuk menjalin kehidupan selanjutnya.