REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Elite Partai Golkar sejauh ini masih mantap mengusung Aburizal Bakrie (Ical) sebagai calon presiden (capres). Meskipun, hasil survei menunjukkan elektabilitas Ical masih kalah dibandingkan tokoh lainnya.
Berdasarkan hasil survei Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi (Puskaphdem) Universitas Negeri Semarang, elektabilitas Ical pun tersalip Priyo Budi Santoso dan Jusuf Kalla di internal Partai Golkar. Pakar komunikasi politik Emrus Sihombing berpendapat, Golkar harus berani melakukan perubahan.
"Berani tidak Golkar mundurkan Aburizal," ujar dia, dalam diskusi pemaparan hasil survei Puskaphdem, di Jakarta, Senin (31/3).
Kontroversi video Maladewa, menurut Emrus, memberikan efek besar bagi elektabilitas Ical. Meskipun sudah muncul klarifikasi, ia mengatakan, tidak dapat menghapus kabar yang telah berkembang. Ia menilai, beredarnya video Ical dengan artis itu sudah menurunkan elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar itu. "Prinsip komunikasi itu, yang pertama diterima lebih berpengaruh daripada counter-nya," kata pengajar di Universitas Pelita Harapan (UPH) itu.
Wacan evaluasi pencapresan Ical pun sudah berkembang. Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tandjung sempat mengutarakan kemungkinan itu terbuka. Dengan situasi ini dan elektabilitas yang ada, Emrus menilai, sebaiknya Ical pribadi yang menyatakan mengundurkan diri sebagai capres partai berlambang pohon Beringin itu. "Sudah wajar dia mengatakan mengundurkan diri," kata dia.
Emrus melihat kondisi yang tidak menguntungkan bagi Golkar apabila 'ngotot' mencalonkan Ical. Ia menilai, Ical diprediksi akan kalah dalam persaingan menuju kursi R1. Apalagi, ia mengatakan, salah satu calon lawannya adalah Joko Widodo, capres dari PDI Perjuangan (PDIP). "Kalau saya PDIP, berdoa mudah-mudahan ARB terus yang muncul," ujar dia.