Senin 31 Mar 2014 23:41 WIB

Untuk Selamatkan Golkar, Ical Disarankan Mundur dari Pencapresan

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Bilal Ramadhan
Aburizal Bakrie
Foto: Fahrul Jayadiputra/Antara
Aburizal Bakrie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Beberapa kalangan menyarankan Partai Golkar sebaiknya mengevaluasi kembali pengusungan Aburizal Bakrie (Ical) sebagai calon persiden RI 2014. Saran tersebut muncul lantaran semakin merosotnya elektabilitas pria berinisial ARB itu di mata masyarakat.

“Partai Golkar sudah semestinya mendengarkan persepsi publik tentang capres mereka. Bila tetap memaksa Ical sebagai capres 2014, maka itu sama saja dengan melawan tagline Partai Golkar sendiri, yakni ‘Suara Golkar, Suara Rakyat’,” ujar Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (PUSKAPHDEM–UNNES), Arif Hidayat, di Jakarta, Senin (31/3).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan lembaganya pada 19 Februari sampai dengan 28 Maret lalu di 34 provinsi, elektabilitas tokoh muda Priyo Budi Santoso kini menempati posisi tertinggi di Golkar, yakni sebesar 18,44 persen.

Sementara, Ical hanya bertengger di posisi ketiga sebesar 16,42 persen, masih berada di bawah Jusuf Kalla (JK) yang tingkat keterpilihannya mencapai 17,33 persen.Menurut Arif, merosotnya keterpilihan Ical dikarenakan beragam faktor.

Di antaranya adalah beredarnya video dan foto pelesiran Ketua Umum Partai Golkar itu bersama Zalianty bersaudara —yang berdampak negatif pada peluangnya di Pilpres 2014. Bagi masyarakat Indonesia, kata dia, video pelesiran tersebut sangat multitafsir.

Situasi ini semakin diperkeruh lagi dengan keputusan pemerintah kepada Lapindo untuk segera menyelesaikan masalahnya di Sidoarjo.Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menuturkan, elektabilitas Ical kini menerima banyak ‘ancaman’ dari tubuh Golkar sendiri.

Menurutnya, hasil survei PUSKAPHDEM–UNNES di atas membuktikan ARB tidak memiliki nilai jual yang menjanjikan bila dibandingkan kader-kader lainnya seperti Priyo Budi Santoso—yang ternyata mempunyai elektabiltas yang lebih bagus.

Selain mendapat ancaman dari internal Golkar sendiri, tingginya elektabilitas calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), bakal semakin mempersulit Ical untuk meraih RI 1. “Karena itu, saya menyarankan ARB sebaiknya mengundurkan diri saja dari pencapresan. Itu justru lebih elegan,” ujarnya.

Emrus menambahkan, Golkar sudah selayaknya memikirkan langkah untuk membentuk koalisi dengan partai-partai lainnya dari sekarang, alih-alih memaksakan diri untuk mengusung capres sendiri. “Apalagi jika yang dicapreskan itu adalah ARB. Dengan kenyataan yang ada sekarang, hal itu justru akan semakin menguntungkan PDI Perjuangan,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement