Selasa 01 Apr 2014 00:49 WIB

Masa Depan Buku Digital

Rep: Risa Herdahita/ Red: Muhammad Hafil
 Seorang guru mencoba mengoperasikan program solusi pendidikan dengan menggunakan digital di Jakarta, Rabu (26/3).  (Republika/Yasin Habibi)
Seorang guru mencoba mengoperasikan program solusi pendidikan dengan menggunakan digital di Jakarta, Rabu (26/3). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pendiri jaringan buku terbesar di Inggris, Tim Waterstone, menyatakan bahwa buku cetak masih jauh dari kepunahan dan akan tetap populer di beberapa dekade mendatang. Justru apa yang selalu dikatakan dengan revolusi buku digital (e-book) lah yang akan segera mengalami penurunan. 

Menurutnya, meski e-book sudah mengebangkan pangsanya di pasar, berdasarkan petunjuk yang ada, khususnya di Amerika, pangsanya sudah menurun. "Indikasinya adalah hal yang sama akan terjadi di Inggris," kata pendiri jaringan toko buku Waterstones tersebut seperti dikutip telegraph, Senin (31/3). 

Berdasarkan Asosiasi Penerbit Amerika, sepanjang delapan bulan dalam tahun 2013, penjualan buku digital mencapai US$ 800 juta atau turun 5 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara buku cetak meningkat 11,5 persen dalam periode yang sama. Sedangkan di Inggris, menurut survei Nielsen, sebanyak 3,3 juta buku digital terjual pada tahun 2013. Hal itu berarti ada penurunan sebesar 0,1 persen.

Hadir dalam Festival Sastra Oxford, Waterstone berharap pada masa depan buku cetak. Ia juga menambahkan bahwa kecintaan para pembaca di Inggris pada buku bacaan telah mengakar dan tidak tergoyahkan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement