Selasa 01 Apr 2014 13:57 WIB

Jejak Tionghoa Dalam Penyebaran Islam di Nusantara (1)

Seorang warga Tionghoa menahbiskan diri menjadi mualaf di Masjid Lautze, Jakarta Pusat.  (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Seorang warga Tionghoa menahbiskan diri menjadi mualaf di Masjid Lautze, Jakarta Pusat. (ilustrasi).

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Imigran Tionghoa Muslim di Indonesia telah ada sebelum Portugis dan Belanda datang.

Salah satu etnis yang mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam di nusantara ini adalah Tionghoa. Meski hingga sekarang etnis tersebut masih menjadi minoritas, ternyata menorehkan jejak dalam perkembangan Islam di Tanah Air.

Islam disebarkan di Indonesia melalui jalur perdagangan. Para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, Hadramaut, dan Gujarat menjadi pihak yang paling terkenal sebagai pedagang Islam. Selain berdagang, mereka juga berdakwah di tempat singgah selama berdagang. Mereka juga menyebarkan agama Islam.

Jalur yang berbeda dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Mereka datang ke Indonesia sebagai imigran dan memang mencari tempat baru untuk tinggal. Mereka telah menjadi Muslim di negeri asalnya.

Namun, karena pergantian kekuasaan dan kesulitan ekonomi, membuat mereka bermigrasi ke negara-negara lain di dekat Laut Cina selatan. Indonesia menjadi salah satunya.

Sebenarnya, di Cina sendiri Islam sudah ada sejak lama. Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Anton Medan mengatakan, Islam sudah datang ke Cina sejak awal Islam berkembang di tanah Arab. “Sekitar abad ketujuh, Rasulullah telah mengirimkan utusan untuk menyebarkan Islam ke negeri Cina,” ujarnya.

Rasulullah SAW mengirimkan tiga sahabatnya mendatangi negeri Cina guna  menyebarkan ajaran Islam. Dua di antaranya meninggal di perjalanan, sedangkan satu orang lainnya tiba dan berdakwah seperti tujuan awalnya.

Ia kemudian membangun tiga buah masjid, yang salah satunya ada di Guangzhou. Hingga kini, masjid di Guangzhou yang dibangun tahun 627 tersebut masih berdiri tegak lengkap dengan menaranya.

Ini membuktikan bahwa telah lama masyarakat di Cina mengenal Islam. Namun, menurut Anton, perkembangan Islam di sana kurang begitu bagus. “Karena metode dakwah yang dilakukan sama dengan yang di Arab, yaitu secara normatif. Ini membuat Islam tak banyak menarik perhatian masyarakat Cina,” ujarnya.

Cina yang merupakan negara dengan penduduk terbesar di dunia, hanya menyisakan Muslim sebagai minoritas. Namun, meski hanya sedikit pemeluknya, Islam tetap bertahan dalam berbagai tantangan zaman hingga sekarang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement