REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekonom senior Indonesia, Muhammad Dawam Rahardjo, menyerukan agar umat Muslim di seluruh Indonesia bersatu menyelamatkan partai-partai Islam di negeri ini dari ambang kepunahan.
“Ke depannya, saya berharap kita bisa mewujudkan terbentuknya Partai Islam Bersatu,” kata Dawam saat dihubungi ROL, kemarin.
Ia menuturkan, Partai Islam Bersatu adalah semacam gagasan untuk menyatukan berbagai elemen politik beraliran Islam yang ada di Tanah Air. Dawam berpendapat, cita-cita tersebut mesti dilakukan secara bertahap.Tahap pertama, kata dia, adalah dengan terus mendorong umat Islam di Indonesia untuk memilih para calon legislatif dari partai-partai Islam.
Dengan harapan, parpol-parpol ini berhasil meraih perolehan suara 30 persen pada pemilu legislatif 9 April nanti, maka itu menurutnya sudah menjadi kekuatan yang cukup besar di kancah perpolitikan nasional.
“Menurut hasil survei sejauh ini, potensi raihan suara gabungan partai-partai Islam baru sebesar 25,1 persen. Karena itu, ini masih perlu kita dongkrak lagi. Salah satunya dengan sokongan dari para ulama dan cendekiawan Muslim di Tanah Air,” ujarnya.
Jika berhasil memperoleh suara gabungan sebesar 30 persen, kata Dawam, maka tahap kedua adalah membentuk koalisi parpol-parpol Islam untuk menentukan capres dan cawapres umat Muslim. “Bisa saja yang diusung nantinya adalah Mahfud MD, Yusril Ihza Mahendra, atau figur lainnya,” imbuhnya.
Setelah membangun koalisi, tahap selanjutnya adalah mengintegrasikan seluruh parpol Islam yang ada menjadi Partai Islam Bersatu. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, kata Dawam lagi, Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bisa menjadi pelopornya.
“Apalagi, PBB sudah menyatakan persetujuannya untuk bergabung dengan partai-partai Islam lainnya guna membentuk Partai Islam Bersatu,” kata pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) itu.
Dawam menambahkan, jika gagasan Partai Islam Bersatu mampu diwujudkan di Indonesia, maka ini tentunya bakal menjadi model baru bagi dunia parpol Islam ke depan. “Kita sudah melihat kegagalan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Mudah-mudahan yang di Indonesia ini bisa berhasil.”