Oleh: Erdy Nasrul
Sumber dari segala cahaya dalam alam semesta, apa pun bentuknya adalah Allah SWT.
Kata satu ini disebut dalam Alquran sebanyak 33 kali. Kata nur kerap digandengkan dengan kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga, yaitu dia, kamu, kami, dan mereka.
Filsuf Muslim, Syihabuddin Yahya Suhrawardi, sebagaimana dijelaskan pengkaji filsafat Islam, Prof Michael Marmura dalam The Encyclopedia of Religion, menyatakan bahwa nur adalah sesuatu yang tidak material dan tidak juga terdefinisikan. Asalnya, adalah cahaya segala cahaya atau nur al-anwar, yaitu Allah. Ketika Dia beremanasi, muncullah alam raya.
Prof Quraish Shihab dalam Tafsir al- Misbah menjelaskan kata nur dalam surah an-Nur ayat 35 berarti sesuatu yang menjelaskan atau menghilangkan kegelapan, sesuatu yang sifatnya gelap atau tidak jelas.
Nur digunakan dalam pengertian hakiki untuk menunjukkan sesuatu yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya. Nur merupakan sesuatu yang dapat dilihat mata. Indra penglihatan ini mampu mengamati benda yang disinari cahaya. Nur pun bersifat terang dan menerangi.
Kata ini juga digunakan dalam pengertian kiasan untuk menunjukkan sesuatu yang menjelaskan hal-hal bersifat abstrak. Pancaindra manusia juga bisa disebut nur karena mampu menangkap berbagai hal sesuai dengan kemampuan indra.
Akal juga dinamai nur karena kemampuannya menganalisis sesuatu membuat segala hal terjelaskan. Ilmu juga disebut nur karena berfungsi menghilangkan kekaburan dan kegelapan yang menyelubungi benak seseorang.
Kata ini terdiri atas huruf “nun”, “wau”, dan “ra”. Ensiklopedia Alquran: Kajian Kosakata menerangkan, tidak kurang dari sepuluh makna terkandung nur. Pertama adalah agama Islam, kedua adalah iman, ketiga adalah pemberi petunjuk, keempat adalah Nabi Muhammad SAW, kelima cahaya siang.
Keenam adalah cahaya bulan, ketujuh adalah cahaya yang menyertai kaum mukmin ketika menyeberangi shirath, kedelapan penjelasan tentang halal dan haram yang terdapat dalam Taurat, kesembilan adalah injil, dan terakhir adalah Alquran.
Filsuf Muslim, Ibnu Arabi, mengemukakan enam pendapat ulama mengenai makna nur yang menjadi sifat Allah.
Pertama, bermakna pemberi hidayah bagi penghuni langit dan bumi, kedua pemberi cahaya, ketiga penghias, keempat adalah yang zahir atau tampak dengan jelas, kelima adalah pemilik cahaya, dan terakhir adalah cahaya, tetapi bukan seperti cahaya yang dikenal.