Oleh: Erdy Nasrul
Pakar tafsir, Thabathaba’i, menjelaskan penyifatan Allah sebagai cahaya menunjukkan diri-Nya merupakan wujud paling nyata. Tidak ada sesuatu pun yang tidak mengenal-Nya karena semua yang wujud dan tampak adalah limpahan dari penampakan-Nya.
Thabathaba’i juga menjelaskan nur bersifat khusus, seperti yang tertuang dalam kalimat matsalu nurihi dalam surah an-Nur ayat 35. Cahaya khusus yang dimaksud adalah yang menerangi jalan orang-orang beriman. Itu adalah cahaya makrifat yang dengannya hati mereka memperoleh petunjuk pada saat kiamat tiba.
Ulama banyak berbeda pendapat mengenai nur sebagai sifat Allah, namun mereka sepakat pada pendapat Ibnu Arabi yang terakhir karena tidak ada sesuatu yang menyerupai Allah.
Kata nur juga dikemukakan dalam konteks uraian tentang manusia, baik dalam kehidupan di dunia maupun akhirat, mengandung makna hidayah dan petunjuk Allah atau dampak dan hasilnya.
Alquran menjelaskan bahwa cahaya bulan sebagai nur atau nur al-qamar karena cahayanya merupakan pantulan. Sedangkan, cahaya yang berasal dari dirinya sendiri, seperti matahari, api, dan kilat, sebagai dhiya atau penerang. Namun demikian, semua cahaya berasal dari cahaya Allah, sebagaimana tertulis dalam surah al-An’am ayat pertama.
“Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi dan menjadikan nur atau cahaya dan gelap unruk seluruh yang ada di alam raya.”
Ayat tersebut mempertegas kedudukan Allah sebagai pemilik cahaya atau apa yang dinamakan Suhrawardi sebagai nur al-anwar.
Allah adalah pemberi cahaya kepada langit dan bumi, baik cahaya yang bersifat material, yang dapat dilihat dengan mata kepala maupun imaterial yang berupa cahaya kebenaran, keimanan, pengetahuan, dan lainnya yang dirasakan hati.
Cahaya petunjuk Allah bertingkat-tingkat. Betapa pun terangnya cahaya yang diraih seseorang maka masih ada cahaya yang terang melebihinya. Ketika seseorang meraih cahaya yang melebihi itu, cahaya yang diraih sebelumnya relatif gelap. Itu sebabnya, mereka yang sudah meraih petunjuk Allah akan memperoleh petunjuk lainnya yang juga dari Allah.
Kata nur dalam Alquran selalu digunakan dalam bentuk tunggal. Berbeda dengan lawan katanya, kegelapan (zhulumat). Kata tersebut selalu berbentuk jamak. Prof Quraish Shihab menjelaskan hal ini untuk mengisyaratkan sumber cahaya hanya satu, yaitu Allah SWT.