Oleh: Rosita Budi Suryaningsih
Menurut Ketua Umum Asosiasi Nasyid Nusantara Alamsyah Agus, komunitas nasyid di Indonesia perlu belajar dari Malaysia.
Komunitas nasyid di Malaysia sampai hari ini telah berhasil mengangkat martabat nasyid sehingga menjadi genre musik sendiri hingga bisa mendapatkan penghargaan yang sama dengan musik umum, dan memberikan pengaruh yang besar dalam industri musik malaysia.
“Untuk itu, dibutuhkan perhatian yang cukup besar dari komunitas nasyid, baik tim nasyid, fans nasyid, penggiat nasyid, dan komponen nasyid lainnya agar nasyid bisa muncul ke permukaan, bisa diterima lebih luas lagi dan bukan hanya menjadi musik bulan puasa saja,” ujarnya.
Bagi Alamsyah, diperlukan sebuah gerakan bernasyid bersama masyarakat luas sehingga nasyid menjadi suguhan setiap hari, setiap saat. Beragam festival, lomba, dan parade nasyid harus sering dilakukan agar tim-tim nasyid mendapatkan pengalaman naik panggung di samping juga sebagai sarana sosialisasi nasyid.
Perlu diberikan pula pelatihan terpadu bagi tim-tim nasyid pemula agar segera meningkat kemampuannya, juga perlu dilakukan penyeragaman pemahaman akan hakikat bernasyid.
Dengan ini nantinya akan tumbuh sebuah generasi nasyid yang dilengkapi dengan pemahaman yang benar tentang nasyid dan berkemampuan baik untuk ditampilkan di tengah masyarakat.
Minat masyarakat Indonesia sendiri pada musik nasyid, menurut Erick, sebenarnya masih ada. Apalagi memang sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan Muslim, yang sekarang ini semakin bangga menunjukkan identitasnya.
Masyarakat Indonesia sangat rindu akan hadirnya musik nasyid yang bisa menjadi populer lagi. Ketika Maher Zain datang ke Indonesia, ribuan masyarakat Indonesia menyambutnya dengan sukacita. “Ini membuktikan bahwa kita masih cinta dengan nasyid, rindu dengan sosok penyanyi nasyid yang besar,” katanya.