REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yoebal Ganesha Rasyid
Rencananya di sana juga akan dibangun Wisma Rakyat Indonesia seluas 340 m2. Pembangunan rumah sakit tersebut diprakarsai oleh para aktivis Medical Emergency Rescue Committee (MER-C).
LSM Indonesia yang bergerak di bidang kemanusiaan, terutama yang berhubungan dengan pengobatan dan kesehatan serta kegawatdaruratan.
Bagi MER-C memang tak mudah mengumpulkan dana sebanyak itu tanpa peran serta nyata rakyat Indonesia.
Memang, pembangunan rumah sakit ini terkesan lambat dibandingkan dengan proyek-proyek kemanusiaan, uang diprakarsai donatur individual maupun kelompok dari negara-negara Timur Tengah ataupun Uni Eropa.
Negara-negara tersebut dengan cepat dapat merealisasikan proyek bantuan mereka tanpa kendala dana yang berarti, seperti jalan-jalan, sekolah-sekolah, dan rumah-rumah susun di Gaza.
Setidaknya di Gaza telah berdiri juga rumah sakit bantuan masyarakat Uni Eropa, yang pembangunan hingga operasionalnya hanya memerlukan waktu sekitar dua tahun. Rumah sakit itu kini oleh pemerintah setempat dikelola sebagai rumah sakit umum.
Lepas dari kesan lambat di atas, berbeda dengan pembangunan yang dilakukan donatur dari negara-negara Timur Tengah dan Uni Eropa, Rumah Sakit Indonesia memiliki nilai lain bagi masyarakat Gaza di sana.
Warga Gaza mengetahui rumah sakit ini benar-benar dibangun dari sumbangan masyarakat Indonesia dan mungkin tanpa sepeser pun dana dari Pemerintah Indonesia (people to people).
Dengan pendanaan semacam itu, rumah sakit tersebut akan menjadi monumen tali silaturahim dan persahabatan antara masyarakat Indonesia dan Palestina, khususnya yang tinggal di Gaza.
Ir Farid Thalib, Ketua Divisi Konstruksi MER-C, mengatakan pembangunan rumah sakit ini bisa juga dikatakan sebagai ungkapan rasa terima kasih rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina.
Bagaimana tidak, katanya, sejarah mencatat rakyat Palestina merupakan warga dunia yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia.
Menurutnya, saat negara Indonesia yang masih seumur jagung terpuruk karena blokade Belanda yang ingin menjajah Indonesia lagi, rakyat Palestina dengan lantang menyatakan kepada dunia pengakuan mereka terhadap kemerdekaan Indonesia. Dukungan ini diprakarsai mufti besar Palestina saat itu, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini.
Kata Farid, surat dukungan yang ditandatangani sang mufti ini berhasil diselundupkan ke Indonesia dan diterima Presiden Sukarno yang saat itu sedang dalam pengungsian di Yogyakarta.