Kamis 03 Apr 2014 08:40 WIB

Mantan Presiden Ukraina Minta Pilpres Tidak Tergesa-gesa

Peta Ukraina
Foto: VOA
Peta Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Jika pemilihan presiden diselenggarakan secara tergesa-gesa di Ukraina, itu dapat makin merusak kestabilan situasi di negeri tersebut, kata presiden terdepak Viktor Yanukovych di dalam penampilan di televisi, Rabu (2/4).

Di dalam satu wawancara dengan stasiun televisi Rusia, Ntv, dan Associated Press, Yanukovych mempertanyakan keabsahan pemilihan presiden yang direncanakan pada Mei. Ia malah mengusulkan penyelenggaraan referendum yang dapat mengubah Ukraina menjadi federasi longgar sebelum pemungutan suara nasional diselenggarakan.

"Referendum adalah cara menuju pembaruan undang-undang dasar. Setelah pembaruan undang-undang dasar, pemilihan presiden atau anggota parlemen bisa diadakan. Tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan untuk menyelenggarakan pemilihan presiden adalah cara menuju kerusakan kestabilan lebih jauh dalam situasi di negeri tersebut," kata Yanukovych di dalam wawancara yang diadakan di Kota Rostov-on-Don, Rusia Selatan.

Ia menyebut referendum sebagai "satu-satunya cara bagi pembaruan undang-undang dasar yang mungkin mulai menyebar silang pendapat" di kalangan masyarakat Ukraina, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.

Pemilihan dini presidan di Ukraian dijadwalkan pada 25 Mei, setelah Yanukovych didepak oleh parlemen pada 22 Februari. Yanukovych telah berkeras ia masih menjadi satu-satunya presiden sah Ukraina dan panglima militer, tapi dipaksa melarikan diri ke Rusia sebab oposisi "berusaha menggunakan aksi teror terhadap dia".

Larinya Yanukovych menjadi puncak tiga bulan protes yang dipicu oleh penolakannya atas kesepakatan perdagangan Ukraina-Uni Eropa dan memilih hubungan lebih erat dengan Rusia pada November lalu.

Lebih dari 80 orang telah tewas dan ratusan orang lagi cedera dalam kerusuhan paling berdarah sejak negeri itu meraih kemerdekaan pada 1991.

Yanukovych, di dalam wawancara itu, mengonfirmasi ia berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon tak lama setelah ia menandatangani kesepakatan perdamaian dengan oposisi di Kiev pada 21 Februari, dan Putin menyarankan dia agar tidak menarik pasukan polisi anti-huru-hara dari jalanan.

"Saya sudah berjanji (kepada oposisi) untuk melakukan itu dan saya berpegang pada kata-kata saya," katanya.

Presiden terguling itu mengakui bahwa ia enggan menggunakan kekuatan terhadap pemrotes oposisi --yang melumpuhkan Kiev selama berbulan-bulan. "Prinsip saya ialah tak ada kekuatan yang pantas menumpahkan darah. Saya sejak dulu selalu berpegang pada itu."

Ia dengan tegas membantah ia telah mengeluarkan instruksi untuk menembak demonstran di pusat kota Kiev pada Februari, dan mengatakan pegiat oposisi radikal gagal melaksanakan kesepakatan dan melepaskan tembakan di Bundaran Maidan di Kiev dari gedung yang dikuasai oposisi ketika ia memerintahkan penegak hukum agar mundur.

Pemerintah yang saat ini berkuasa telah mengajukan dakwaan pidana terhadap Yanukovych sehubungan dengan jatuhnya korban jiwa tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement