REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesan kumuh tak lagi ditemukan di permukiman warga di RW 05 Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Perkampungan warga di wilayah ini telah menjelma menjadi permukiman yang tertata rapi.
Lewat program kampung deret, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan renovasi lingkungan di RW 05. Sebanyak 123 rumah warga yang sudah tak layak dibangun kembali menjadi rumah kokoh yang sehat. Jalanan diperlebar, saluran air dibuat, dan sebuah taman tempat bersosialisasi warga dibangun.
Di depan gang, kini berdiri sebuah gapura berwarna oranye dan merah bertuliskan "Kampung Deret Petogogan." Rumah-rumah warga berderet rapi dan dicat dengan warna oranye dan abu-abu. Di atap rumah ada hiasan gigi balang, ornamen khas Betawi. Di depan rumah warga, ada taman yang dilengkapi dengan seluncuran bermain anak-anak. Singkat kata, RW 05 Kelurahan Petogogan telah menjadi perkampungan warga yang layak dihuni.
"Ini adalah mimpi tahun 2005 yang jadi kenyataan," kata salah satu warga penghuni kampung deret, Suroyo.
Dia kemudian bercerita, pada 2005 lalu, Suroyo yang menjabat sebagai ketua RW 05 pernah mengadakan sayembara untuk membuat konsep lingkungan perumahan yang sehat. Peserta yang mengikuti sayembara adalah anggota karang taruna. Suroyo mengatakan, pemenang sayembara telah keluar. Namun, konsep rumah yang sehat tak bisa direalisasikan lantaran tak ada biaya. Sehingga, warga pun hanya bisa bermimpi memiliki rumah yang layak.
"Tapi hari ini mimpi itu terwujud," ujar Suroyo saat memberikan sambutan dalam acara peresmian Kampung Deret Petogogan, Kamis (3/4).
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, 1,5 tahun yang lalu, saat ia pertama kali ke wilayah ini, dia mengaku susah bernapas lantaran saking penuhnya perumahan warga. "Tidak ada sinar masuk. Yang ada di sepanjang jalan hanya jemuran," ujar Jokowi.
Sejak saat itulah, Pemprov menawarkan program kampung deret pada warga. Namun, kata Jokowi, saat itu banyak warga yang menolak lantaran takut ditipu. Setelah melalui proses sosialisasi yang panjang, akhirnya warga setuju lingkungan mereka direnovasi.
"Sekarang sudah kaya Apartemen Dharmawangsa," canda Jokowi.
Dia mengatakan, Kampung Deret Petogogan merupakan program kampung deret yang paling sukses dibanding 26 tempat lain. Sebab, di sini warganya kompak setuju lingkungan rumah mereka dirombak total. Sehingga, hasilnya pun bagus. Sementara di kampung deret lain, kata Jokowi, ada yang warga yang setuju rumahnya dirombak dan ada juga yang tidak. Sehingga, kampung mereka tidak seragam rumahnya.
"Di sini saya perintahkan agar dijadikan contoh. Karena tahun ini ada 70 lokasi lagi yang mau dibangun. Di Jakarta Selatan saja ada 15 titik," ujar pria kelahiran 1961 tersebut.
Dia kemudian mengingatkan warga agar tak lagi membuang hajat di sungai. Karena, sekarang tiap rumah sudah dilengkapi dengan kamar mandi. Selain itu, Jokowi juga meminta pada warga agar tak menjual rumah yang telah mereka dapatkan dengan gratis tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perumahan DKI Jakarta Yonathan Pasodung mengatakan, rumah-rumah di kampung deret dibangun dengan teknik rumah instan sederhana sehat (Risa). Dengan teknik tersebut, rumah dapat dibangun dengan waktu yang lebih cepat. Dia menambahkan, Kampung Deret Petogogan yang dibangun sejak Oktober 2013 ini juga dilengkapi dengan hydran dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sementara, air bersihnya dipasok oleh Palyja.
Jokowi sendiri memberikan sertifikat Hak Guna Bangun (HGB) pada perwakilan warga sebagai tanda diresmikannya kampung deret ini. Selain itu, sertifikat juga diberikan pada perwakilan warga dari Kampung Deret Cilandak, Pasar Minggu, dan Gandaria sebagai tanda diresmikannya juga kampung deret di tiga wilayah tersebut.
Tak Ada Jemuran
Salah satu warga kampung deret, Iim Rohima mengaku senang rumahnya kini sudah bagus. Namun, masih ada masalah yang mengganjal di benak dia. Menurut Iim, pemerintah tak menyediakan tempat untuk menjemur pakaian.
"Kita enggak boleh menjemur di depan rumah. Tapi di dalam juga enggak ada tempat. Masa kita mau jemur baju di kamar," kata wanita berjilbab ini. Iim mengatakan, hingga saat ini masalah tersebut belum ada solusinya.