Jumat 04 Apr 2014 10:24 WIB

Fatimiyah, Sebuah Kebangkitan Arsitektur (1)

Satu bentuk arsitektur Fatimiyah.
Foto: Beyondbuildingbd.com
Satu bentuk arsitektur Fatimiyah.

Oleh: Ani Nursalikah

Walau jejaknya tidak terlalu kuat, arsitektur Fatimiyah juga merambah ke Makkah, Suriah, dan Palestina.

Periode panjang Dinasti Fatimiyah selama hampir tiga abad membawa kebangkitan besar di bidang arsitektur.

Banyak monumen dibangun dengan gaya baru atau tambahan dari tradisi dan budaya di mana bangunan berada.

Ketika Ubaidillah merebut kekuasaan di Ifriqiyah pada 910 M, awalnya ia pindah ke Aghlabid, tapi kekacauan politik mendorongnya mencari tempat lain. Pilihannya jatuh pada Mahdiya. Tidak diragukan lagi keputusan itu dibuat dengan alasan strategis.

Selain hasratnya untuk menciptakan ibu kota baru, ia juga mempunyai ambisi membangun  kekuatan angkatan laut yang besar.

Semenanjung kota sepanjang 14 kilometer dikelilingi benteng besar. Akses dari sisi darat dijaga dua gerbang besar yang kuat. Ubaidillah menata pelabuhan, membangun gudang, istana, dan masjid agung.

Sisa-sisa benteng dan salah satu dari dua gerbang kota, Sqifa al-Kahla, masih ada. Gerbang terdiri atas serambi berkubah setinggi 33 meter dan panjang lima meter yang memiliki enam pintu.

Menurut sumber tertulis abad pertengahan, gerbang itu dihiasi dengan singa perunggu yang saling  berhadapan. Gerbang ini memperkuat pertahanan. Di dalam relung terdapat bangku untuk penjaga. Istana Ubaidillah berdiri di timur kota dan di seberangnya berdiri istana putranya, al-Qaim.

Masjid Agung Mahdiya

Bangunan yang paling penting di seluruh kompleks adalah Masjid Agung Mahdiya. Masjid ini terletak di selatan semenanjung dan dibangun pada 916 M di atas teras buatan. Modifikasi dilakukan pada beberapa kesempatan berikutnya.

Selama penggalian 1960, arkeolog berhasil merekonstruksi rencana tahap pertama bangunan. Mereka juga membawa beberapa fragmen asli masjid. Masjid Agung Madiya berbentuk wilayah persegi panjang luas yang atas aula tempat shalat dan halaman yang tiga sisinya dikelilingi tiang beratap.

Aula tempat shalat berupa sembilan lorong dan tiga teluk. Ruangan ini kemudian dibagi oleh delapan baris pilar kembar. Lorong tengah lebih tinggi dan luas daripada yang lain. Kubah dibuat di depan mihrab. Mihrab berbentuk setengah lingkaran tersembunyi di antara dua tiang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement