Jumat 04 Apr 2014 12:40 WIB

Tanggap Darurat Berakhir, Riau Bentuk Satgas Transisi Pemulihan

  Kepulan asap dari hutan terbakar terlihat di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Kabupaten Bengkalis, Riau, Jumat (28/2).   (Antara/Satgas Bencana Asap Riau)
Kepulan asap dari hutan terbakar terlihat di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Kabupaten Bengkalis, Riau, Jumat (28/2). (Antara/Satgas Bencana Asap Riau)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Berakhirnya status tanggap darurat asap di Riau membuat Wakil Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman segera membentuk Satgas Transisi Ke Pemulihan yang akan beroperasi hingga tanggal 9 April.

Ia memerintahkan seluruh Bupati dan Wali Kota di Riau untuk segera melakukan pengecekan dan pemeliharaan peralatan pemadam kebakaran hingga membentuk struktur organisasi untuk mencegah terulangnya kebakaran hingga ke tingkat desa.

"Mari kita bersama jaga kondisi yang sudah baik ini," kata Wakil Gubernur Riau, Jumat (4/4).

Kapolda Riau Brigjen Pol Condro Kirono mengatakan selama tanggap darurat asap pihaknya sudah menetapkan 110 tersangka dari 67 kasus dugaan kebakaran lahan dan hutan, perambahan serta pembalakan liar. Satu tersangka berasal dari korporasi, yakni PT National Sago Prima dari Sampoerna Agro Group.

"Kebanyakan dari tersangka karena tertangkap tangan membakar lahan dan ada yang melihat melakukan pembakaran, perambahan hingga pembalakan liar sehingga langsung bisa dilakukan penyidikan," ujarnya.

Dari jumlah tersangka itu, polisi masih memburu tujuh orang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Sedangkan, 42 kasus sudah lengkap (P21) yang bisa segera disidangkan, sementara 15 masih proses dilengkapi di Kejaksaan dan 10 kasus lagi masih dalam penanganan polisi.

Berdasarkan data Satgas, luas kebakaran hutan dan lahan sejak Januari hingga berakhirnya masa kerja Satgas Operasi Terpadu mencapai lebih dari 21.900 hektar. Dalam beberapa hari terakhir tidak ada lagi terpantau titik panas dari pencitraan satelit NOAA-18.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan, Raffles B. Panjaitan, menambahkan ada sekitar 1.800 hektar kebakaran terjadi didalam kawasan konservasi. "Itu kebakaran yang terjadi seperti di Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Kerumutan dan Bukit Bungkuk," katanya.

Sementera itu, Direktur PT Riau Andapan Pulp and Paper (RAPP), Mulia Nauli, mengatakan akan terus memberikandukungan untuk mencegah dan mengantisipasi kebakaran di Riau. Selain melakukan investasi untuk peralatan dan sistem deteksi dini kebakaran lahan, lanjutnya, manajemen juga akan terus berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dengan membentuk Masyarakat Peduli Api (MPA).

"Saat ini RAPP sudah membina 23 kelompok MPA, dan itu pun masih kurang dan akan terus ditambah," ujarnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement