Ahad 06 Apr 2014 08:40 WIB

Akibat Kemarau Panjang, Petani Australia Barat Banyak Terlilit Utang

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Kemarau berkepanjangan dan meluas yang melanda Australia Barat membuat banyak petani di kawasan itu terlilit utang. Sebagian dari mereka terpaksa kehilangan tanah peternakan yang sudah  mereka garap selama ratusan tahun untuk melunasi utang-utang tersebut.

Peter Repacholi mewakili mimpi buruk yang dihadapi banyak petani di Australia  Barat. Mulai  pekan ini, ia harus  meninggalkan lahan pertanian milik keluarganya seluas  4.000 hektare di Kondinin Australia Barat untuk terakhir kalinya.

Petani berusia  62 tahun itu diam-diam pergi meninggalkan tanah pertaniannya, karena ia  tidak mau menunggu sampai tenggat waktu yang diberikan pihak bank sebelum melakukan penggusuran berakhir.  Ia harus hengkang dari lahan miliknya lantaran tidak mampu melunasi utangnya senilai AUD$3,5 juta.

"Saya tidak ingin berada di sana ketika pihak bank  datang untuk mengambil alih properti saya, terlalu emosional," kata Repacholi, baru-baru ini.

Kepindahannya ke rumah sementara di kota Wheat-belt timur dengan istrinya Angela merupakan bab terakhir dari pertempuran sengit yang dialami Repacholi dengan pihak bank.

Repacholi berencana menemui pengacara di Perth untuk mencoba merundingkan penyelesaian dengan pihak bank untuk setidaknya memungkinkan dia kembali ke properti miliknya di Palomar, yang telah dikembangkan kakeknya sejak tahun 1912.

Seperti kebanyakan petani di kawasan wheat-belt, Repacholi terlilit utang akibat bisnis pertanian di kawasan itu melesu setelah dilanda kekeringan dan gagal panen yang memicu lonjakan biaya produksi.

Pada akhirnya Repacholi menghabiskan AUD$ 600 ribu  setahun untuk membiayai pertaniannya dengan bunga mencapai AUD$ 200 ribu.

Juni lalu setelah menilai kembali risiko kredit yang lebih tinggi, Bankwest menaikkan suku bunga dari 8,5 persen menjadi 13,62 persen.

 

Menurut perwakilan Partai Liberal Australia Barat, Dr Graham Jacobs, apa  yang dialami Repacholi merupakan cerita yang umum dihadapi petani di Australia Barat.

Dr.  Jacobs adalah Anggota untuk Eyre, yang mencakup beberapa daerah yang paling marjinal di Wheat –belt di  Australia, di mana petani dikawasan itu banyak yang terlilit utang dan bahkan terjerat bunga utang hingga diatas 17 persen atas pinjaman mereka.

Dr Jacobs mengkritik keras perlakuan 4 bank besar di Australia terhadap kalangan petani dan mereka dinilai tutup  mata terhadap masa sulit yang dihadapi sektor pertanian.

Jacobs juga menuding hubungan manis  antara 4 bank dengan sejumlah perusahaan pengelola pertanian yang juga  menjadi nasabah mereka.

"Setelah petani mengajukan proses kurator mereka hanya punya saham 30 persen atas tanah peternakan mereka, proses kurator menyita sisa ekuitas dan sangat tragis melihat para petani harus pergi karena kehilangan lahan pertaniannya, bahkan lebih tragis lagi ketika mereka pergi tidak ada yang tersisa , "katanya.

Ironisnya petani seperti Repacholi menghadapi masa sulit pada tahun 2013, ketika itu panennya hanya menghasilkan keuntungan setara  harga gandung AUD$800.000 senilai gandum.  Dan dia terpaksa meminta bantuan keuangan di luar bank untuk mendanai program tanam dan setelah panen, Bankwest mengklaim itu semua.

"Mereka menyita semuanya. Mereka mengambil setiap butir  yang dihasilkan dari pertanian yang saya usahakan, "katanya.

 

Repacholi menilai bank akan menyita seluruh aset pertaniannya. Padahal dia memperkirakan asetnya bernilai lebih dari $5 juta, tapi jika ada penjualan barang sitaan maka  tampaknya dia tidak akan mendapatkan satu sen pun.

"Hal ini terjadi  pada banyak  petani, seperti itulah perbuatan bank,” katanya.

Pihak Bankwest tidak bersedia menanggapi kasus Repacholi,  namun kepada ABC juru bicaranya mengatakan pihaknya menyesalkan penyitaan yang dialami nasabahnya.

Bankwest didirikan tahun 1895 sebagai bank di pertanian Australia Barat. Saat ini Bankwest dimiliki oleh Bank Commonwealth.

Bos Commonwealth Ian Narvev kepada program AM ABC Februari lalu mengatakan penyitaan itu adalah pilihan terakhir dan bank telah berusaha untuk lebih berbelas kasih kepada para petani ditengah bencana kekeringan yang terjadi.

 

Tahun lalu petani gandum di Australia Barat mencatatkan rekor panen gandum sebesar 16 juta ton dan memberikan pemasukan sekitarAUD$5 milyar untuk perekonomian Australia.

Meski demikian, kredit pertanian yang mampu terbayar oleh petani hanya sekitar AUD$1 miliar saja dari perkiraan total utang sebesar  AUD$14 miliar yang dimiliki petani di Australia Barat.

Saat ini diperkirakan adal lebih dari 300 petani yang masih berjuang untuk meningkatkan keuangan mereka untuk musim tanam tahun ini, yang secara tradisional akan dimulai pada bulan April.

Pemerintah Australia Barat mengatakan, pihaknya masih menunggu kriteria dan pedoman untuk memutuskan paket bantuan kekeringan baru dari Persemakmuran.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement