REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO-- Pengacara dan tokoh kontroversial Mortada Mansour mengumumkan pencalonan dirinya sebagai presiden Mesir, pada Ahad (6/4).
Mansour akan menjadi kandidat ketiga dalam pemilihan, setelah mantan panglima militer Abdel Fattah El-Sissi dan tokoh politik sayap kiri Hamdeen Sabahi. Dalam konferensi pers terkait pencalonannya, ia mengatakan akan mengembalikan Mesir ke dalam keteraturan.
"Mesir saat ini dalam terowongan gelap, kita perlu memulihkan ketertiban dan hukum," ujarnya seperti dikutip Ahram Online, Senin (7/4). Mansour menyerukan untuk mengubah konstitusi negara.
Menurutnya, selama ini konstitusi telah berbalik, dari presiden diktator menjadi sosok lemah yang harus berbagi kekuasaan dengan perdana menteri. Presiden menurutnya harus memiliki kekuasaan penuh. Berita pencalonan Mansour memicu berbagai gelombang reaksi.
Banyak yang mempertanyakan apakah mantan hakim dan kepala klub sepak bola Mesir, Zamalek, itu berkesempatan memenangkan pemilihan. Selama ini secara luas, Sissi merupakan satu-satunya sosok yang dipandang akan memenangkan pemilihan secara mutlak.
Dikutip dari Agence France-Presse, Mansour mengatakan programnya akan mengembalikan kekuatan serta memulihkan pamor Mesir di mata dunia. Meski Sissi diprediksi menang, Mansour membela peluangnya dengan mengatakan ia memiliki pendukung yang akan mendukungnya.
"Setidaknya aku punya jutaan penggemar Zamalek, yang mendukung saya," katanya pada Alarabiya.Mansour menyampaikan konferensi persnya dalam balutan keagaaman yang kental, pada Ahad lalu. Ia bahkan menyerukan untuk berhenti sejenak saat waktu shalat tiba.
Mansour mengatakan, jika menang akan melarang semua yang dilarang oleh Allah seperti anggur dan mendorong ekonomi Islam bebas bunga. Berbicara pada Alarabiya, ia menegaskan programnya juga akan berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam dan menahan diri dari yang dilarang.
Ia tak khawatir programnya itu menganggu atau membatasi kebebasan masyarakat. Sebab menurutnya, di atas segalanya bangsa harus menuruti perintah Allah."Saya tak akan membiarkan apa pun yang dilarang Allah, jika sebuah negara mencari kemakmuran ia harus menahan diri dari larangan Allah," ujar Mansour pada Alarabiya.
Mansour mengatakan, setiap masyarakat bebas minum-minuman keras atau memakai apa pun asal tak di depan umum. Mereka yang ingin minum anggur menurutnya dapat minum di rumah mereka. "Mereka bebas di dalam rumah, tapi di luar mereka tidak," katanya.