Senin 07 Apr 2014 18:30 WIB

Rakyat Afghanistan Dambakan Pilpres Damai

Rep: Alicia Saqina/ Red: Bilal Ramadhan
Pemilu Afghanistan (ilustrasi)
Foto: islam.ru
Pemilu Afghanistan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL-- Kelompok pemberontak Taliban mengklaim, saat pemilu presiden Afghanistan Sabtu (5/4), telah meluncurkan lebih dari 1.000 serangan. Kelompok ini pun mengklaim, pada penyerangan itu, telah menewaskan puluhan orang.

 

Dikutip dari Reuters, Ahad (6/4), setidaknya terdapat puluhan bom kecil yang diletakkan di pinggir jalan. Serangan pun juga disasarkan ke TPS, polisi, dan sejumlah pemilih pada siang harinya. Namun, tingkat kekerasan itu secara umum jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan ancaman Taliban yang hendak lepas dari negara.

 

Meski bahaya tengah mengancam di TPS, namun pada kenyataannya hampir 60 persen dari 12 juta pemilih menggunakan hak pilihnya untuk memilih Presiden Afghanistan itu. Pilpres ini pun sebagai penentuan, rakyat Afghanistan untuk menyaksikan proses transfer pemerintahan yang demokrasi. Menurut rakyat Afghanistan, pilpres ini sekaligus menjadi momentum bakal mundurnya kekuasaan Presiden Hamid Karzai, yang telah berkuasa selama 12 tahun.

 

''Ini adalah cara bagaimana orang-orang memilih untuk ucapkan kematian pada Taliban,'' kata seorang warga Afghanistan, di akun Twitternya. Warga ini menyatakan ungkapan tersebut, seraya mengunggah foto salah satu jarinya yang telah diselimuti tinta, tanda telah memilih.

 

Terkait jalannya prosesi pilpres Afghanistan yang berlangsung damai dua hari lalu itu, kian menggambarkan bahwa sngat dimungkinkan kondisi Afghanistan stabil. Hal demikian bisa dirasakan publik Afghanistan, usai belasan tahun rezim garis keras Taliban jatuh di akhir 2001.

 

Pemberontakan saat itu sangat tragis dan melukai publik Afghanistan. Dikabarkan, akibat pemberontakan, sedikitnya 16 ribu warga sipil dan ribuan lebih tentara Afghanistan tewas.

 

''Ini (prosesi pilpres) merupakan mimpi saya yang menjadi nyata,'' kata anggota parlemen Afghanistan, Shukria Barakzai. ''Hal itu menjadi tamparan bermakna di wajah musuh Afghanistan. Menjadi pukulan besar bagi orang-orang yang selama ini meyakini Afghanistan belum siap untuk demokrasi,'' jelas Barakzai.

 

Akan tetapi terkait hal ini, para pengamat yakin, bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan kegagalan kelompok Taliban atas jalannya pilpres itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement