REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemangku Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein mengatakan, terdeteksinya sinyal-sinyal yang konsisten dengan kotak hitam pesawat oleh kapal Australia maupun Tiongkok merupakan petunjuk paling menjanjikan dalam operasi pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370.
"Perkembangan baru ini merupakan petunjuk paling menjanjikan dalam pencarian MH370," kata Hishammuddin dalam jumpa pers di Kuala Lumpur, Senin.
Malaysia berharap sesuatu yang lebih konkrit akan ditemukan berdasar petunjuk-petunjuk baru tersebut, katanya.
Sebelumnya Australia mengatakan, peralatan pengesan kotak hitam Towed Pinger Locater yang dipasang pada kapal Ocean Shields mendeteksi sinyal yang konsisten dengan sinyal dari kotak hitam pesawat.
Sinyal pertama terdeteksi selama 2 jam 20 menit sementara sinyal kedua selama 13 menit di sebelah utara lokasi pencarian MH370. Sinyal tersebut diperkirakan berasal dari kedalaman 4.500 meter di bawah laut.
Pada Sabtu (5/4), kapal Tiongkok Haixun 01 telah mendeteksi sinyal selama 90 detik.
Hishammuddin mengatakan bahwa sinyal-sinyal tersebut belum bisa dipastikan berkaitan dengan pesawat MH370 sampai ditemukan adanya serpihan pesawat.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk memberi lebih banyak waktu dan ruang bagi pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan terkait deteksi sinyal-sinyal oleh kapal-kapal Australia maupun Tiongkok.
Terkait laporan bahwa pesawat MH370 kemungkinan sengaja terbang di utara wilayah Indonesia untuk menghindari tertangkap radar, Hishammuddin mengatakan ia sudah menghubungi pihak berwenang di Indonesia dan mendapat konfirmasi bahwa radar militer di negara tetangganya itu tidak mendeteksi pesawat apapun pada hari kejadian.
Pesawat MAS penerbangan MH370 hilang sejak 8 Maret kurang dari sejam setelah lepas landas dari Kuala Lumpur menuju Beijing.
Pesawat yang membawa 239 penumpang termasuk kru tersebut dinyatakan telah mengubah arah penerbangannya dan berputar balik menuju selatan Samudra Hindia.
Berdasar analisa satelit, perjalanan pesawat naas itu dinyatakan berakhir di Samudra Hindia.
Operasi pencarian di kawasan tersebut melibatkan beberapa negara dan dipimpin oleh Australia.