Senin 07 Apr 2014 23:57 WIB

Menjaga Fikih Dakwah (1)

Ilustrasi
Foto: Readquranbook.com
Ilustrasi

Oleh: Erdy Nasrul

Toleransi dan saling menghargai penting ditekankan saat berdakwah.

Dalam berdakwah, ada etika yang mesti dipatuhi. Etika itu sebagai panduan agar dakwah berjalan maksimal. Diantara fikih dakwah ada etika tidak boleh memaksakan pendapat karena masing-masing memiliki rujukan kepada ulama yang otoritatif.

Mereka yang memaksakan pendapat dan pemahaman kerap menimbulkan gesekan dan perseturuan dalam dakwah. "Ini jelas merugikan banyak pihak," jelas Ketua Lembaga Dakwah Nahdhatul Ulama (LDNU) KH Zakky Mubarak.

Dakwah harus diiringi dengan sikap lapang dada, kedewasaan, dan mau menerima keragaman. "Kalau tidak bisa menerima keragaman, maka bisa mengancam kearifan lokal yang ada di sekitar kita," jelasnya.

Sikap keterbukaan dan lapang dada adalah kemauan untuk menerima perbedaan pemahaman yang berasal dari sumber ajaran. Umat Islam dalam berdakwah memiliki rujukan sama, Alquran dan hadis.

Pemahaman terhadap keduanya kerap berbeda. Perbedaan tersebut akan sangat merugikan bila disikapi dengan gesekan, bahkan pengafiran.

Seorang dai, menurutnya, tidak boleh bersikap seperti itu. Dai harus mampu merangkul banyak pihak. Jangan sampai mengklaim kebenaran sepihak dan diiringi dengan pengafiran mereka yang merujuk kepada tradisi yang memiliki otoritas.

Gesekan dalam berdakwah menurutnya disebabkan kedangkalan ilmu. Pemahaman yang muncul sangat sempit, karena dai seperti itu kurang menguasai referensi-referensi utama.

Akibatnya, dia mendakwahkan pemahaman yang sempit. Masyarakat diajaknya untuk memahami sesuatu secara tidak komprehensif. "Kasihan, umat jadi korban," tambahnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement