REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terpaksa memotong paket bantuan makanan bagi korban perang sipil di Suriah. Sekitar seperlima bantuan dipotong karena kurangnya dana dari pendonor.
Wakil Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB Amir Abdulla mengatakan, berhasil mendapatkan bantuan makanan untuk 4,1 juta warga Suriah bulan lalu. Jumlah tersebut hampir mencapai target untuk membantu 4,2 juta warga.
Namun krisis Suriah juga berimbas pada negara tetangga atas tekanan dari eksodus pengungsi. Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Antonio Guterres mengatakan, saat ini total tiga juta pengungsi meninggalkan Suriah.
"Kita tahu bahwa ini tragedi, pengungsi di dalam negeri saja mencapai 6,5 juta. Ini menunjukkan, hampir setengah dari populasi Suriah mengungsi," ungkapnya.
Negara pendonor sebelumnya menjanjikan bantuan senilai 2,3 miliar dolar AS untuk Suriah. Namun PBB hanya menerima sekitar 1,1 miliar dolar AS, termasuk 250 juta yang diserahkan Kuwait Senin (7/4).
Pemotongan berarti standar bantuan untuk satu keluarga harus dikurangi sebesar 20 persen pada Maret. Ini dilakukan agar banyak orang tetap bisa mendapat makanan.
Selama ini setiap keluarga mendapat keranjang makanan untuk lima orang yang berisi, beras, gandum bulgur, pasta, kacang-kacangan, minyak sayur, gula, garam dan tepung terigu. UNHCR membutuhkan lebih dari 1,6 miliar dolar AS untuk mendanai program bantuan makanan pada pengungsi Suriah.
Namun krisis membuat mereka hanya baru mendapat 22 persen hingga saat ini. Sekitar 2,6 juta pengungsi telah terdaftar di negara tetangga Suriah. Sementara ratusan ribu lainnya masih melintasi perbatasan, tapi tak meminta bantuan internasional.
Guterres menunjukkan beban besar dalam program bantuan. Lebanon misalnya, telah ada sekitar satu juta pengungsi terdaftar. Jumlah tersebut hampir sama dengan seperempat populasi penduduk Lebanon.
"Jangan kita lupa bahwa di Yordania, Lebanon dan negara-negara lain, kami juga memiliki lebih banyak orang menganggur. Kami memiliki lebih banyak orang dengan gaji yang lebih rendah karena persaingan di pasar tenaga kerja, kenaikan harga hingga sewa yang meningkat," ungkapnya.
Ia menambahkan, krisis Suriah memiliki dampak yang dramatis pada ekonomi dan masyarakat. Tak hanya di dalam negeri Suriah, tapi juga di negara-negara tetangga.