Oleh: Rosita Budi Suryaningsih
“Ketahuilah bahwa dunia yang kekal tersebut jauh lebih baik dari kampung yang binasa.”
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadari (hidup mereka).” (QS al-Baqarah [2]: 154).
Di balik kedahsyatan sebuah peperangan, selalu saja muncul kisah yang mengharu biru. Seperti yang terlihat dari sosok al-Khansa binti Amru.
Syair-syair yang berisikan nasihat atau petuah bijak untuk keempat putranya, terabadikan hingga kini sebagai bukti akan ketabahan seorang ibu. Rangkaian syair ini pun mampu menggelorakan semangat berjihad buah hatinya.
Puncak kisah itu berlangsung pada 14 Hijriyah, ketika terjadi peperangan melawan tentara Persia. Al-Khansa turut serta dalam peperangan yang dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab tersebut. Ia dan sekelompok perempuan bertugas merawat pasukan yang terluka.
Dalam perang yang melibatkan 41 ribu mujahid itu, al-Khansa mengerahkan keempat putranya untuk berjuang di jalan Allah SWT. Ia pun telah menyusun rangkaian syair dan nasihat yang isinya mengobarkan semangat mereka. Di antaranya:
“Wahai anak-anakku, kalian telah memilih Islam dengan rela hati. Kalian telah tahu pahala apa yang disediakan oleh Allah bagi Muslim yang memerangi kaum kafir itu. Ketahuilah bahwa dunia yang kekal tersebut jauh lebih baik dari kampung yang binasa.”
Keempat anaknya tersebut mendengarkan nasihat sang ibu dengan berbangga hati. Khansa pun melanjutkan nasihatnya, juga menambahkannya dengan membacakan ayat-ayat suci Alquran.
Khansa kemudian membacakan sebuah syair gubahannya. Ini menjadi syair terindah dan selalu diingat anak-anaknya.
“Saat esok pagi menjelang maka kalian bangun dan keluarlah untuk memerangi musuhmu. Gunakan semua pengalamanmu dan kerahkan semua tenagamu, serta mohonlah pertolongan dari Allah.”
“Jika kamu berada di tengah api pertempuran yang semakin menghebat dan bergejolak, masuklah kamu ke dalamnya. Masuklah dalam inti peperangan tersebut dan kau akan berjaya mendapatkan balasan yang kekal,” katanya.
Sambil menunduk, anak-anaknya meresapi kata-kata sang ibu. Bahkan, kata-kata yang langsung merasuk ke jiwa tersebut membuat mereka menitikkan air mata.