REPUBLIKA.CO.ID, LUHANSK-- Dinas Keamanan Ukraina mengatakan pada Rabu (9/4), 56 orang yang ditahan di dalam markas lokal pro-Rusia di timur Luhansk dibebaskan. Layanan keamanan telah berjaga di sejumlah kantor pemerintah yang dikuasai kelompok-kelompok pro-Moskow.
Pada Selasa (8/4), jasa keamanan mengatakan separatis menguasai gedung. Mereka dipersenjatai dengan bahan peledak dan senjata lainnya. Separatis bersenjata menyandera 60 orang. Sementara 56 orang telah diizinkan meninggalkan gedung. Beberapa lainnya masih ditahan.
Semua kota-kota yang terkena dampak pemberontakan berada di jantung industri Ukraina Timur. Wilayah timur Ukraina memiliki populasi besar etnis Rusia. Wilayah tersebut memiliki hubungan ekonomi dan budaya yang kuat ke Rusia. Para warga di daerah tersebut, curiga pada pemerintah yang mengambil alih kekuasaan pada Februari.
Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov mengatakan, kebuntuan terjadi di Luhansk dan dua tetangga Rusia, Donetsk dan Kharkiv harus diselesaikan dalam dua hari ke depan. Penyelesaian menurutnya bisa dilakukan melalui penggunaan kekuatan atau negosiasi.
"Operasi anti-teroris di ketiga wilayah tersebut masih berlaku dan kita dapat mulai melakukan semua tindakan yang direncanakan setiap saat," kata Avakov.
Menurutnya ada sedikit bukti langsung dari setiap penyebaran pasukan khusus Ukraina di lokasi. Avakov mengatakan, sejumlah pengunjuk rasa anti-pemerontah di Luhansk mendirikan barikade tinggi sepanjang jalan raya di depan layanan keamanan.
Para pengunjuk rasa mengutuk pemerintah di Kiev, mereka menuntut digelarnya referendum untuk menyatakan otonomi daerah mereka. Permintaan tersebut mirip dengan yang terjadi di Crimea.Pemerintah Ukraina dan Amerika Serikat telah menuduh Moskow mengobarkan kerusuhan, sebagai alasan untuk serangan militer Rusia. Hingga saat ini 40 ribu tentara Rusia berkumpul di sepanjang perbatasan Ukraina.
Pidato yang digelar pengunjuk rasa, diselingi teriakan "Rusia! Rusia". Mereka yang menempati bangunan telah mengeluarkan pernyataan video yang memperingatkan, setiap upaya untuk menyerbu markas mereka akan mendapat perlawanan.Dalam sebuah video seorang pria bertopeng mengidentifikasikan diri sebagai veteran perang Ukraian, memberi peringatan. Ia memperingatkan pihak berwenang, agar tak mencoba merebut kembali gedung.
"Selamat datang di neraka, kalau begitu!" katanya.
Layanan keamanan mengatakan, negosiasi dengan separatis terus dilakukan. Perwakilan parlemen mengatakan, telah mampu memasuki gedung tanpa hambatan.Kementerian Luar Negeri Rusia Rabu lalu 'memukul' balik negara Barat, pada Rabu. Ia menyerukan AS untuk menghentikan penggunaan organisasi internasional, sebagai sarana memperburuk ketegangan di sekitar Ukraina.
"Kegiatan sehari-hari pasukan Rusia di wilayah nasional tidak mengancam keamanan Amerika Serikat atau negara-negara anggota lain dari OSCE. Upaya AS menuduh Rusia melakukan penumpukan pasukan tidak berdasar," ungkap pernyataan.
Sementara Menteri Luar Negeri AS John Kerry menuduh agen Rusia dan pasukan khusus, memicu separatis. Kerry mengatakan, Moskow mungkin mencoba untuk mempersiapkan aksi militer seperti yang terjadi di Crimea.