Kamis 10 Apr 2014 14:47 WIB

Pengamat: Pencapresan Ical Masih Perlu Evaluasi

Rep: Andi Mohammad Ikhbal/ Red: Bilal Ramadhan
 Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie bersama isteri Tatie Bakrie menggunakan hak pilih di TPS 32, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/4).
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie bersama isteri Tatie Bakrie menggunakan hak pilih di TPS 32, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Meski Partai Golkar memperoleh suara antara 14 – 15 persen versi hitungan cepat dan menduduki posisi kedua setelah PDI Perjuangan, namun pencapresan Aburizal Bakrie (Ical) tetap harus dievaluasi. Sebab, popularitas dan elektabilitas figur tersebut dinilai tidak mampu bersaing dengan Jokowi dan Prabowo.

Pengamat UGM Ary Dwipayana mengatakan, kalau tidak ada evaluasi, maka terjadi proses pembiayaran atas pencalonan tersebut. Namun bagaimana kondisi ke depan, tergantung pada dinamika di internal parpol itu, apakah perolehan suara pileg menjadi momentum mereka mengevaluasi Ical.

“Kemungkinan ARB (Ical) digoyang oleh internal Golkar masih bisa terjadi. Namun kalau memang dia tetap maju sebagai capres, maka cawapres lah yang harus diyakini meningkatkan elektabilitas secara signifikan,” kata Ary saat dihubungi Republika, Kamis (10/4).

Pengamat Politik UNILA, Ariska Warganegara menambahkan, Golkar dan Ical harus sadar diri, dalam pilkada dan pilpres, publik lebih melihat tokoh ketimbang partai. Menurut dia, capres hasil musyawarah nasional (Munas) Golkar itu belum mampu bersaing dengan Jokowi dan Prabowo Subianto.

Namun melihat perolehan suara Partai Golkar yang dianggap mampu mengimbagi PDI Perjuangan, maka Ical akan tetap diarahkan sebagai capres. Bila itu yang terjadi, satu-satunya strategi parpol tersebut adalah memaksimalkan figur pendamping yang menjadi cawapres.

 “Sebab hasil pileg kali ini, perolehan suara mereka bisa dikatakan naik di banding 2009 lalu, karena itu posisi ARB (Ical) mungkin masih akan dipertahankan oleh Golkar,” ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement