REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei ANZ-Roy Morgan menunjukan bahwa keyakinan konsumen Indonesia pada Maret turun 1,9 poin menjadi 150,6. Angka tersebut juga 1,3 poin lebih rendah dari satu tahun yang lalu. Penurunan disebabkan keyakinan akan keadaan ekonomi selama jangka waktu 12 bulan ke depan maupun 5 tahun ke depan menurun lebih banyak daripada kenaikan persepsi mengenai keadaan keuangan keluarga.
ANZ Chief Economist Asia-Pacific Glenn Maguire mengatakan, sentimen adalah salah satu faktor yang paling penting dalam menentukan pengeluaran jangka pendek. "Sangat menarik bahwa keyakinan konsumen Indonesia turun di bulan sebelum akan diadakannya pemilu yang telah dinanti-nanti, dimana tampaknya telah muncul seorang kandidat terdepan," ujar Glenn, Kamis (10/4).
Berdasarkan survei tersebut, 79 persen dari masyarakat Indonesia memperkirakan bahwa Indonesia secara keseluruhan akan mengalami perbaikan secara finansial selama jangka waktu 12 bulan ke depan. Sebanyak 20 persen menyatakan akan mengalami ‘masa yang buruk’.
Sebanyak 88 persen dari masyarakat juga memperkirakan bahwa Indonesia akan terus mengalami ‘masa yang baik’ secara ekonomi selama 5 tahun ke depan dibandingkan 12 persen yang memperkirakan akan mengalami ‘masa yang buruk’. Namun, soal keuangan pribadi, 44 persen masyarakat menyatakan bahwa keuangan keluarga mereka kini ‘lebih baik’ dari setahun yang lalu dibandingkan 12 persen yang menyatakan keuangan keluarga ’lebih buruk’ dari setahun yang lalu.
Sementara itu, 71 persen masyarakat memperkirakan keadaan keuangan keluarga mereka akan ‘lebih baik’ di waktu yang sama tahun depan, dibandingkan hanya 4 persen yang memperkirakan akan lebih buruk. Terakhir, 57 persen masyarakat mengatakan bahwa ‘sekarang adalah waktu yang baik untuk membeli’ peralatan rumah tangga utama, dibandingkan 38 persen menyatakan ‘sekarang waktu yang buruk untuk membeli’ peralatan rumah tangga utama.
Glenn mengatakan, turunnya indeks disebabkan persepsi net mengenai apakah Indonesia akan mengalami masa yang baik selama 5 tahun ke depan menunjukkan bahwa ketidak pastian yang berkaitan dengan pemilu mungkin menyebabkan turunnya sentimen di bulan tersebut. Selanjutnya, karena survei dilakukan sepanjang bulan, ‘efek Jokowi’ mungkin tidak sepenuhnya tertangkap karena konfirmasi mengenai pencalonannya baru diumumkan pada tanggal 14 Maret.
"Ketidakpastian mengenai pencalonannya mungkin saja menyebabkan turunnya sentimen, terutama di daerah pedesaan di permulaan bulan," ujarnya.
Ia mengatakan, walaupun keyakinan konsumen turun di bulan Maret, angka tersebut tetap tinggi dan membaik dibandingkan setahun yang lalu. Indeks keseluruhan tetap di atas rata-rata jangka panjang, menunjukkan bahwa pembelanjaan secara menyeluruh akan tetap tinggi.