Kamis 10 Apr 2014 20:58 WIB

Pemburu Ancam Ekspor Kerbau Australia ke Vietnam

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Pakar industri kerbau Australia memperingatkan keberadaan pemburu dapat mengancam perjanjian kerja sama ekspor kerbau Australia ke Vietnam.Namun, kerja sama yang sudah meningkat ini akan memangkas peluang ekonomi bagi pemilik kerbau tradisional di Australia.

Sebagian besar populasi kerbau liar di Teritorial Utara mendiami tanah milik warga Aborigin. Musim anen kerbau di kawasan itu diatur berdasarkan Pasal 19 dalam sistem perizinan Dewan Kawasan Utara.

 

Namun, industri ekspor ternak kerbau belakangan ini mengkhawatirkan perilaku sejumlah operator yang menghindari proses resmi. Yakni dengan memasuki tanah milik warga Aborigin itu tanpa izin, atau terlibat dalam transaksi di bawah tangan untuk membeli kerbau-kerbau di kawasan tersebut.

Mick Pierce, mantan Manager Asosiasi Pengekspor Kerbau di Jawoyn -- kini bekerja sebagai konsultan di wilayah Katherine -- mengatakan para pemburu sangat kurang  memperhatikan  masalah kesejahteraan hewan. Perilaku mereka akhirnya bisa mengancam perdagangan kerbau Australia.

"Kondisinya cukup sederhanaa, semakin lama para pemburu berada di sana di tanah warga Aborigin, semakin besar kemungkinan kerbau yang mereka tangkap," katanya, belum lama ini.

 

"Keberadaan mereka benar-benar  merusak ternak kerbau di sana, karena praktik yang mereka lalukan. Dan mereka tidak peduli mengenai hal itu, karena mereka tidak perlu membayar, mereka mencuri kerbau-kerbau itu,” tambah Pierce.

Mick Pierce mengaku praktik seperti itu sudah lama terjadi namun belakangan ini kasusnya semakin meningkat.

Ia  mengatakan sikap sejumlah operator yang memilih melakukan transaksi di bawah tangan juga memicu risiko lebih lanjut bagi pasar baru ekspor ternak hidup Australia ke Vietnam. Risiko yang muncul yakni pelanggaran protokol biosekuriti yang ketat.

"Seperti telah kita lihat sebelumnya, emblem dari  NLIS (sistem identifikasi ternak nasional) telah dihapus dan diganti dengan memakaikan tag baru,  ketika binatang itu tidak berasal dari wilayah tersebut," katanya.

"Praktik demikian merusak sistem yang dibangun untuk melacak penyakit, dan itu sangat berbahaya bagi kita sebagai negara eksportir."

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement