Oleh: Erdy Nasrul
Selain perhatian, Rasulullah juga dikenal sebagai orang yang dipercaya. Sebelum diutus sebagai nabi dan Rasul, Muhammad bin Abdullah dipercaya masyarakat Arab untuk mengembalikan Hajar Aswad yang kelar dari tempatnya, setelah Ka'bah terkena banjir besar.
Sebagai pemimpin, Rasulullah tetap bertawadhu di hadapan Sang Khaliq. Meski dijamin masuk surga, Rasul tetap menjalankan ibadah sunah.
Bahkan, seperti riwayat Aisyah, saking sering shalat sunah, lutut Sang Suami membengkak. Rasulullah menjawab, "Apakah saya tidak jadi hamba bersyukur."
Shalat itu bersyukur. Shalat hingga kaki bengkak bukanlah shalat yang sebentar. Sudah pasti itu shalat yang memakan waktu panjang. Sikap ini, kata Ridwan, adalah upaya Muhammad untuk memberikan keteladanan kepada seluruh Umat Islam.
Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya Dr Arfan Muammar mengatakan, sisi keteladanan Rasul sebagai pemimpin yang ideal ialah sikap toleransi terhadap keragaman di masyarakat.
Piagam Madinah menjadi bukti atas konsensus ketika itu. Mereka yang beragama selain Islam, seperti Yahudi dan Nasrani, dihormati. Mereka dapat menjalankan keyakinannya dengan bebas tanpa ada diskriminasi.
Dia juga menjelaskan, meneladani Rasulullah berarti mendidik diri sendiri. Sunah yang diwariskannya adalah kebaikan. Apabila dilaksanakan mendapat pahala. Selain itu, diri sendiri akan terbiasa untuk melakukan kebaikan. "Manfaatnya besar. Untuk diri sendiri dan orang lain," jelasnya.
Menurutnya, umat Islam jika seluruhnya berkomitmen melaksanakan sunah Rasulullah akan bangkit. Kebangkitan pertama adalah kebangkitan akhlak. Yang muncul di seluruh jati diri Muslim adalah akhlak mulia. Sesudah itu adalah iman dan ilmu yang tertanam di hati setiap Muslim.