Jumat 11 Apr 2014 10:11 WIB

Partai Aceh: Kekhawatiran Pemilu di Aceh Sangat Berlebihan

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Bilal Ramadhan
 Aparat keamanan melakukan sosialisasi 'Silahkan Memilih Kami Siap Mengamankan Anda' dengan cara berkeliling di daerah rawan intimidasi pemilu Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Selasa (8/4). (Antara/Rahmad)
Aparat keamanan melakukan sosialisasi 'Silahkan Memilih Kami Siap Mengamankan Anda' dengan cara berkeliling di daerah rawan intimidasi pemilu Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Selasa (8/4). (Antara/Rahmad)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH-- Pemilu legislatif (pileg) di seluruh wilayah Aceh pada 9 April 2014, secara umum berlangsung aman, meskipun terdapat beberapa indikasi kecurangan dan ketegangan.

Data perolehan suara sementara untuk DPRA yang dikeluarkan Desk Pileg 2014 Biro Tata Pemerintahan Setda Aceh, menghasilkan untuk Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Partai Aceh (PA) unggul 29,25 persen suara. Sedangkan partai lokal pesaing PA, yakni Partai Nasional Aceh (PNA) meraup 6,20 persen suara.

''Kami berharap hingga selesai perhitungan suara di TPS-TPS dan pengumuman hasil perhitungan suara manual, suasana di Aceh secar keseluruhan akan berlangsung aman,'' harap Ketua Departeman Publikasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PA, Nurlis E Meuko saat berbincang-bincang dengan Republika di Banda Aceh, Jumat (11/4).

Menurut Nurlis, kedewasaan politik masyarakat Aceh sudah cukup baik dan telah memilih secara demokratis tanpa tekanan. ''Sebelumnya jelang pemilu suasana Aceh dibayangkan penuh dengan konflik kekerasan. Itu merupakan kekhawatiran yang berlebihan dari pemerintah pusat dan elit politik di Jakarta,'' ujarnya.

Nurlis melihat gambaran pemilu di Aceh sarat dengan konflik kekerasan sepertinya memang sengaja diciptakan. ''Tidak ada persaingan yang menjurus kepada konflik kekerasan diantara partai politik (parpol) lokal di Aceh. Persaingan itu wajar, ekses kekerasan yang ditimbulkan juga masih dalam kewajaran, dimana-mana juga terjadi, cuma terlalu dibesar-besarkan. Tidak ada persaingan PA dengan PNA yang menjurus konflik kekerasan bersenjata,'' jelas mantan wartawan ini.

Menurut Nurlis, keberadaan tiga parpol lokal di Aceh yakni PA, PNA dan Partai Daulad Aceh (PDA) menjadikan demokrasi di Aceh menjadi lebih hidup dan bergairah. Keberhasilan Demokrasi di Aceh akan menjadi contoh yang baik bagi demokrasi di seluruh Indonesia.

''Masyarakat di Aceh dalam berpolitik sangat egaliter, kedewasaan berpolitiknya sudah cukup bagus. Kami optimis demokrasi di Aceh akan lebih maju dan kami mengajak masyarakat Aceh membangun suasana politik yang demokratis, jangan mudah diprovokasi dengan hal-hal kecil yang dibuat menjadi besar. Parpol bersama masyarakat di Aceh harus bersatu padu, bahu membahu membangun demokrasi Aceh yang lebih baik kedepannya,'' tutur Nurlis.

Apapun hasilnya, terang Nulis, PA sebagai partai lokal terbesar dan berkuasa siap menang dan siap kalah. ''Target PA raih 80 persen lebih suara, namun jika tidak tercapai bukanlah masalah. Target menang itu yang penting berkualitas dan punya karakter,'' pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement