Jumat 11 Apr 2014 16:23 WIB

Koalisi Gerindra-Demokrat Lebih Mungkin Terjadi di Pilpres

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Bilal Ramadhan
  Ketua Dewan Pembina sekaligus Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto melakukan pengarahan dan pengawasan perhitungan cepat sementara Pemilihan Umum Legislatif di kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, Rabu (9/4). (Republika/Yasin Habibi)
Ketua Dewan Pembina sekaligus Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto melakukan pengarahan dan pengawasan perhitungan cepat sementara Pemilihan Umum Legislatif di kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, Rabu (9/4). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Partai Gerindra masih menimbang-nimbang parpol koalisi. Perolehan suara sekitar 12 persen membuat Gerindra mau tidak mau harus menggandeng parpol lain untuk bisa mengajukan Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, beberapa pendekatan ke parpol lain secara informal sudah dilakukan partainya. Salah satu kemungkinan adalah koalisi dengan Partai Demokrat. Muzani menyatakan, Gerindra tidak ada masalah dengan Demokrat.

Karena itu, bisa saja terjadi kedua parpol itu bisa saling bahu-membahu dalam pemerintahan. Apalagi, Prabowo merupakan kawan lama Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat mulai berdinas di militer.

"Komunikasi Pak Prabowo sudah sejak lama. Beliau berkawan di Taruna, keduanya memiliki perhatian terhadap persoalan bangsa," kata Muzani, Jumat (11/4).

Dia mengatakan, koalisi yang diinginkan Gerindra adalah mencari calon wakil presiden (cawapres). Tentu saja, dalam memiliki pendamping Prabowo diperlukan pertimbangan matang.

Muzani mengungkap, ada dua arus besar yang disuarakan kader tentang sosok cawapres. Pertama berasal dari kalangan profesional, dan kedua bisa dari ketua umum parpol koalisi. Lagi-lagi, pertimbangan kecocokan dan figur yang bisa melengkapi Prabowo layak dipilih.

"Cawapres wacana di luar partai arusnya cukup kuat, dengan pimpinan parpol juga cukup kuat. Yang penting, kita memenuhi 20 persen suara dulu agar koalisi bisa lebih efektif," kata anggota Komisi I DPR itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement