REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah khawatir volume penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dapat melonjak pada tahun 2014. Dalam APBN 2014, volume BBM bersubsidi dipatok sebesar 48 juta kiloliter.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, Pemerintah akan menekan penggunaan BBM agar tidak melonjak.
"Saya cenderung ke pengendalian habis-habisan agar tak melampaui 48 juta kiloliter," ujar Hatta, Jumat (11/4).
Menurut dia, pengendalian adalah hal yang penting. Gagal dalam pengendalian akan menyebabkan subsidi membengkak dan mempengaruhi defisit. "Kita harus bisa menjaga defisit kita tetap di bawah 3 persen," ujarnya.
Hatta mengatakan, jika pengendalian dapat dilakukan, Indonesia bisa terhindar dari pembengkakan subsidi. Fiskal juga menjadi sehat. Mengenai cara pengendalian, Hatta menyerahkan sepenuhnya kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Instansi tersebut memiliki kewenangan langsung dalam programnya. Namun, menurut dia, Pemerintah belum ada rencana menaikan harga BBM. Selain dari volume, ancaman lainnya datang dari nilai tukar yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Rupiah masih bergerak jauh dari asumsi makro pada APBN yaitu Rp 10.500 per dolar AS. "Meski volume sudah dijaga, tapi kurs melemah itu juga membuat anggaran akan melonjak," ujar Hatta.
Hatta juga mengingatkan agar mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) tidak menggunakan BBM bersubsidi. Mobil LCGC tersebut telah diberikan insentif oleh pemerintah sehingga harganya menjadi murah dan terjangkau untuk masyarakat.
"Kan mobilnya sudah dapat insentif, jangan nubruk SPBU lagi beli BBM murah yang disubsidi," ujar Hatta.