Oleh: Erdy Nasrul
Aerbedaan antara hujan yang diturunkan sebagai rahmat dan bencana. Jika sebagai rahmat maka hujan akan menyerap ke bumi.
Sedangkan, yang kedua tatkala hujan terjadi air tidak menyerap, tetapi menyengsarakan manusia. Longsor terjadi di mana-mana, manusia hanyut tergerus air.
Mereka kemudian mengungsi ke tempat-tempat penampungan. Yang satu ini, jelasnya, adalah musibah atau bencana. Ustaz Syuhada menjelaskan, yang menjadi pembeda adalah dampak dari hujan.
Menurut Syuhada, jika peringatan Allah tidak diindahkan maka tidak menutup kemungkinan negara ini akan ditenggelamkan. Indonesia akan rata dengan air nantinya. “Semua sangat mungkin dalam kuasa-Nya,” katanya.
Ini, menurut Syuhada, akan terus terjadi jika manusia semakin mengabaikan nilai-nilai keagamaan yang menjadi pedoman manusia.
Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya Dr Arfan Muammar menyatakan, musibah hendaknya dipahami sebagai cobaan dari Allah SWT. Allah, menurutnya, sedang mengevaluasi keimanan hamba-Nya. Sejauh mana, sedalam apa, sebesar apa keimanan kepada Allah. Apakah keimanan mereka asli atau dibuat-buat. “Semua itu diuji melalui cobaan ini.”
Jika memang lulus dari cobaan ini, insya Allah, bangsa Indonesia menjadi lebih dewasa dan menjadi bangsa yang besar. Masyarakatnya nanti akan menjadi lebih dewasa dalam bertindak, lebih arif dalam menyikapi permasalahan sosial. “Nantinya, kita akan menjadi bangsa yang berakhlak mulia,” paparnya.
Dia menyatakan, bencana atau musibah yang kini terjadi harus disikapi dengan kesabaran. Haruslah meminta tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat. Dia pun lantas mengutip surah al-Baqarah ayat 45. “Dan, mohonlah pertolongan terhadap Allah SWT dengan sabar dan shalat.”
Hal ini, menurutnya, penting agar ketenangan diri tetap ada. Jika diri dalam keadaan tenang maka akan mampu menyikapi bencana dan musibah yang datang dengan kearifan.