Oleh: Afriza Hanifa
Tak hanya TB, LKNU juga memberikan penyuluhan mengenai penyakit malaria.
“Kegiatan itu berbasis di daerah rawan malaria, seperti di Kalimantan dan Sulawesi. Kita bikin itu, jadi masyarakat desa kita ajak mengetahui seperti apa sih penyakit TB atau malaria itu, gejalanya, dan bagaimana menanggulanginya,” kata Sekretaris LKNU Anggia Ermarini.
Selain program berbasis desa tersebut, LKNU juga melakukan promosi kesehatan berbasis pesantren. Menurut Anggia, pihaknya mengajak santri untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Terdapat 150 pesantren yang sedang digalakan untuk melaksanakan program tersebut.
Program-program yang disebutkan tadi memang masih terbatas di beberapa provinsi. Meski demikian, ada program lain dari LKNU yang telah menyebar di seluruh provinsi di Indonesi, yakni program penanggulangan HIV/AIDS.
Selain melakukan pendampingan para ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), program tersebut juga mencetak kader NU di setiap kabupaten. “Lima kader tiap kabupaten untuk menjadi NU peduli AIDS. Program ini sudah dimulai sejak 2010 dan telah ada di 33 provinsi,” ujarnya.
NU, menurut Anggia, sebenarnya telah berkiprah di bidang kesehatan sejak tahun 70-an. Sejak itu, NU telah mendirikan rumah sakit dan klinik di beberapa daerah. Hingga saat ini, terdapat 150 rumah sakit dan klinik yang menjadi binaan NU.
“Walaupun belum ada yang kelas A, tapi sebagian ada yang besar, sebagian juga ada yang berupa klinik dan rumah bersalin. Terus terang, secara manajemen masih kurang. Ke depan, kita akan lebih banyak melakukan pembinaan rumah sakit,” ujarnya.
Ke depan, lanjut Anggia, LKNU akan fokus pada dua hal, yakni penataan manajemen rumah sakit dan jaminan kesehatan.
“NU punya banyak warga dengan pekerjaan yang banyak pula. Saya melihat Jampersal gratis memang sudah berlaku, tapi tidak banyak yang tahu bagaimana menggunakan fasilitas itu, tidak tahu bagaimana mengakses. Inilah bagaimana NU bisa berkiprah dalam bidang ini.”