REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Stasiun TV resmi Suriah, Sabtu (12/4), menyatakan Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Alqaidah-- menggunakan gas beracun di Provinsi Hama, Suriah Tengah. Akibatnya, dua orang tewas dan ratusan orang sesak nafas.
Stasiun televisi tersebut menyatakan petempur Front An-Nusra menggunakan gas Klorin terhadap Kota Kecil Kfar Zaita di pinggiran utara Hama.
Ditambahkannya, Front An-Nusra juga berencana menggunakan gas beracun terhadap Daerah Wadi Ad-Daif di pinggiran Provinsi Idlib di Suriah Baratlaut dan Kota Kecil Mork di pinggiran Hama.
Sementara itu, pegiat oposisi balik menuduh Pemerintah Suriah, dan mengatakan sedikitnya enam orang telah tewas dan 100 orang lagi terpengaruh akibat penggunaan gas beracun oleh pemerintah di Kfar Zaita dan pinggiran Harasta di pinggiran timur Ibu Kota Suriah, Damaskus, kata Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Ahad (13/4) pagi.
Penggunaan pertama gas kimia dilaporkan dalam serangan pada 19 Maret 2013 di daerah yang dikuasai pemerintah di pinggiran Aleppo, Khan Al-Assal, sehingga menewaskan 23 orang, termasuk 16 personel militer, dan melukai 86 orang lagi. Pemerintah Suriah dan gerilyawan saling tuduh mengenai pelaku serangan itu.
Pemerintah Suriah menuduh gerilyawan menggunakan gas kimia untuk menimbulkan citra buruk terhadap militer Suriah dan menarik campur tangan militer asing.
Pada September tahun lalu, pemeriksa PBB menyimpulkan senjata kimia telah digunakan dalam satu serangan di Al-Ghouta Timur, tapi tidak secara terang-terangan mengatakan siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.