Senin 14 Apr 2014 06:31 WIB

KH Said Aqil Siroj: NU Fokus Berbenah (1)

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj berpidato saat Halal Bihalal Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj berpidato saat Halal Bihalal Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Seiring perkembangan zaman, NU sebagai organisasi Muslim tradisionalis menghadapi banyak tantangan. Selama ini, NU identik dengan santri bersarung dan berkopiah. Lantas, di manakah kira-kira posisi NU ke depan ketika perkembangan teknologi terus bergerak maju?

Agar tak tergerus zaman dan tetap melekat di hati masyarakat Indonesia, terutama warga pedesaan, NU tampaknya perlu melakukan upaya signifikan. Nah, untuk membahas hal itu, wartawan Republika Afriza Hanifa mewawancarai Ketua Umum PBNU Dr KH Said Aqil Siroj MA. Berikut petikannya:

Bagaimana NU menatap ke depan?

Pertama, milad NU dipakai sistem Hijriah, yakni 16 Rajab 1344 Hijriah. Dalam Masehi 31 Januari 1926. Ya, kita pas 31 Januari merayakan (milad) kecil, tumpengan. Tapi, yang besar-besaran tanggal 16 Rajab.

Lalu, ke depan NU fokus berbenah dari pusat hingga ranting, menghidupkan lajnah, masjid, dan sebagainya. Saya mencoba membereskan NU yang berserakan di Batam. Ada lima (ranting NU) yang terbengkalai, sekarang sudah mulai baik. Begitu pula di Demak dan Tuban, sudah mulai baik. Namun, yang masih dalam proses pemberesan di Surabaya dan Jakarta ini sendiri.

Sebagai organisasi Islam kemasyarakatan, kami ingin selalu berkiprah nonpolitik, sebagai civil society (masyarakat madani) sembari mengangkat harkat dan martabat dari segi ekonomi, pendidikan, dan sebagainya.

Seperti apa kiprah NU itu?

Di bidang pendidikan, saya memiliki obsesi melahirkan sepuluh universitas. Maksimal 2,5 tahun lagi sudah ada sepuluh universitas itu. Sekarang sudah ada tiga, lalu sudah ada tiga lagi (tengah diurus) di dirjen, kemudian dua lagi ke depan. Mimpi saya adalah itu.

Sepuluh universitas tersebut bersifat umum. Kedokteran belum ada, namun ilmu hukum, komputer, pertanian di Cirebon sudah ada. Dulu zaman Orde Baru, NU nggak dapat izin menjadi menteri atau majelis ulama, bahkan Ketua PPP pun tidak ada yang dari NU. Setelah reformasi saja baru ada NU yang masuk majelis ulama.

Di mana saja universitas tersebut?

Tiga yang sudah berdiri ada di Cirebon, Halmahera, dan Lampung. Tahun ini akan berdiri di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, dan Kalimantan Timur. Kami juga mengirim banyak mahasiswa ke luar negeri.

Ada 70 ke Australia, 70 ke Saudi, 45 ke Maroko, lima ke AS. Sudah sangat banyak. Dari Taiwan juga ada tawaran, tapi terdapat kesulitan dalam bahasa Cina sehingga belum ada yang ke sana. Tawaran-tawaran sangat banyak dari luar negeri. Insya Allah, sudah ada hasilnya.

Bagaimana kiprah NU di bidang lain?

Petani pun sudah sangat kita tingkatkan. Kita mendapat bantuan yayasan dari Jerman untuk memajukan pertanian. Masjid-masjid juga kita benahi dan banyak kita hasilkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement