REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Penggunaan gas alam diyakini sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan energi fosil dan batu bara. Hal ini terungkap dalam negoisasi antara ilmuwan dan pejabat pemerintah dalam forum panel interpemerintah PBB untuk perubahan iklim (IPCC) di Berlin.
Forum ini menyepakati bahwa perlu adanya suatu langkah strategis untuk mengurangi emisi karbon. Emisi karbon meningkat tajam sejak tahun 2000. Penggunaan batubara selama decade sebelum 2000 menjadi faktor meningkatnya emisi karbon.
Didorong oleh peningkatan populasi global dan kegiatan ekonomi, peningkatan suhu permukaan bumi diperkirakan bisa mencapai 3,7 C hingga 4, 8 C pada tahun 2100 jika tidak ada tindakan yang diambil.
Untuk merekayasa kenaikan suhu di bawah 2 derajat celcius, jumlah karbon di udara perlu sekitar 450 ppm (satu bagian per juta partikel) pada tahun 2100. Untuk sampai pada target ini, maka emisi karbon pada tahun 2050 harus 40-70 persen lebih rendah daripada emisi di tahun 2010 .
Para ahli berpendapat perlu adanya pembalikan tren dari penggunaan energi batu bara menjadi energy lain. Gas alam dipandang sebagai jembatan kunci untuk mengubah energi dari minyak dan batubara.
Mereka berpendapat, emisi dari pasokan energi dapat dikurangi secara signifikan dengan mengganti pembangkit listrik rata-rata dunia yang amsih menggunakan batubara dengan pembangkit dari gas alam. Pembangkit dari gas alam dinilai sebagai suatu sistem siklus gabungan yang cukup efisien .
"Perlu perubahan besar di sektor energi" kata Jim Skea, salah satu penulis senior studi tersebut, kepada BBC.
Tahun lalu, kontribusi kapasitas pembangkit energi terbarukan global telah tumbuh. Pada tahun 2012, energi terbarukan menyumbang lebih dari setengah pembangkit listrik baru yang ditambahkan di seluruh dunia .
Sejak laporan terakhir pada tahun 2007, para ilmuwan mengatakan bahwa energi terbarukan menjadi hal yang mutlak dilakukan. Para ilmuwan menekankan bahwa energi terbarukan menjadikan ekonomi lebih kompetitif dibandingkan bahan bakar fosil. Selain itu, energi terbatukan bisa menghasilkan udara bersih dan jaminan keamanan energi .
"Perlu ada perubahan besar dari bahan bakar fosil dan investasi perlu beralih kepada 100 persen energy bersih," kata Jennifer Morgan dari World Resources Institute.
Namun, masih banyak hal yang menjadi selisih paham dalam diskusi yang diadakan selama sepekan tersebut. Negara maju dan berkembang mengenai siapa yang bertanggung jawab dan membayar peralihan energi dari batu bara menjadi sumber energi berkarbon rendah.