Selasa 15 Apr 2014 13:12 WIB

Dahlan Sepakat Konvensi Demokrat Dihentikan

Dahlan Iskan
Foto: Republika- Tahta Aidilla
Dahlan Iskan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang juga peserta konvensi Capres Partai Demokrat mengatakan setuju jika konvensi dihentikan menyusul penurunan tajam perolehan suara partai pada Pemilihan Legislatif 9 April 2014.

"Ya mungkin betul, saya setuju saja dihentikan (konvensi)," kata Dahlan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (15/4). Menurut Dahlan, kalaupun pada akhirnya dihentikan tidak masalah baginya karena saat konvesi digelar tidak ada dana yang dikeluarkan.

"Tidak ada yang dirugikan (jika dihentikan), karena saya enggak keluarin modal. Kan politik tidak seperti dagang, rugi atau untung. Jadi dihentikan setuju, tidak dihentikan (berlanjut) saya juga setuju," tegas Dahlan.

Partai Demokrat akan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan konvensi capres partai berlambang "mercy" tersebut. Pada penghitungan cepat Pileg 2014, partai pemenang Pemilu 2009 ini harus puas di urutan ke empat dengan jumlah suara sekitar 10 persen.

Jumlah tersebut sesuai ketentuan tidak dapat mengusung calon presiden sendiri karena konvensi pada awalnya dibuat untuk melahirkan capres sekaligus membantu meningkatkan suara Partai Demokrat.

Meski mengakui perolehan suara Partai Demokrat secara nasional menurun, namun Dahlan Iskan dapat berbangga karena suara Demokrat di pesantren miliknya di Takeran, Magetan, Jawa Timur, dapat meraih 92 persen.

"Lumayan tinggi 92 persen. Tapi kalah dibanding suara Demokrat di TPS Cikeas tempat Presiden SBY tinggal yang mencapai 100 persen," ujar Dahlan.

Terkait soal kontribusi masing-masing peserta konvensi Demokrat dalam kampanye Pileg 2014, Dahlan menuturkan sesuai dengan kapasitas masing-masing.

"Tergantung siapa yang menilai karena saya tidak mau berkesan saya menguber-uber jabatan," ujarnya. Untuk itu kata mantan Dirut PT PLN ini, dirinya yang tadinya saat konvensi Capres dalam posisi "menjemput takdir", saat ini diturunkan kadarnya menjadi "menunggu takdir".

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement