REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan dirinya akan menelusuri siapa oknum yang memasukkan namanya menjadi salah satu materi soal Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia.
"Kami mau urus karena kalau ini tidak diurus nanti orang berpikir ah Jokowi diserang sabar aja kok," ujar Joko Widodo di Balai Kota, Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pihaknya keberatan mengapa hal tersebut bisa saja terjadi karena semestinya materinya mengenai kepahlawanan, siapa yang sudah berjuang untuk bangsa ini.
"Coba ditanyakan, siapa yang membuat? Apakah pemerintah DKI yang buat? Kenapa memang yang buat Jokowi, tidak berada pada posisi wilayah itu ya gak ngerti," kata dia.
Sebelumnya, Pengamat Politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (SIGMA), Said Salahudin mengatakan Gubernur DKI Joko Widodo menjadi salah satu materi soal Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia merupakan upaya memperkenalkan sosok Jokowi kepada pemilih pemula di Pilpres.
"Ini kan seperti pesan-pesan politik, UN ini kan untuk kelas tiga toh, kelas tiga itu adalah pemilih pemula, jadi ini seperti ada upaya untuk memperkenalkan sosok jokowi kepada pemilih pemula yang akan menjadi pemilih di pilpres nanti," ujar Said Salahudin saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, ada dugaan akan bisa dibaca seperti itu, bisa saja bahwa soal ini dimuat karena waktunya yang bersamaan dengan proses pencapresan dari Jokowi. "Saya baca dari materi muatan soalnya itu memang seperti memberikan gambaran sosok Jokowi secara berlebihan," kata dia.
Karena itu, lanjutnya, ini harus ditelusuri siapa yang mengusulkan soal ini dan apa motifnya, mengapa kemudian muncul soal semacam itu yang waktunya bersamaan dengan proses pencapresan dari Jokowi.
"Ujian Nasional untuk Bahasa Indonesia sesungguhnya itu harus murni soal-soal yang terkait dengan persoalan akademis dan tidak boleh disusupi oleh kepentingan-kepentingan atau pesan-pesan politik," kata dia.
Menurut dia, kalau sudah persoalan dunia pendidikan dirasuki atau disusupi oleh kepentingan-kepentingan politik tentu sesuatu yang tidak baik.
"Sehingga harus ada penjelasan dari Kemendikbud dan terutama soal-soal ini, apa motifnya dan siapa yang mengusulkan dan itu khan disusun oleh tim penyusun soal itu khan," ujar dia.
Ia mengatakan salah satu materi soal Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia itu sebetulnya pandangan subyektif. Jokowi gemar blusukan itu pandangan subyektif yang bisa saja ada siswa yang punya pandangan berbeda.
"Itu kan pandangan subyektif, ini kan soal itu khan tentang sosok dari figur jokowi yang belum tentu dipahami oleh semua masyarakat mungkin ada benar yang mengatakan Jokowi seperti di soal itu, tapi khan juga boleh jadi tidak semua orang berpendapat yang sama. Tapi khan tidak disediakan jawabannya disitu, itu khan jawaban-jawaban yang baik-baik saja," kata dia.