REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Suratkabar The Guardian dan The Washington Post meraih penghargaan tertinggi dalam dunia jurnalisme Amerika Serikat, Pulitzer. Kedua surat kabar meraih kemenangan untuk kategori pelayanan publik, terkait tulisan mereka mengenai bocoran dokumen oleh Edward Snowden.
Dari laporan The Guardian, sepuluh bulan mereka mempublikasikan bocoran dari mantan kontraktor National Security Agency (NSA) Edward Snowden terkait aksi mata-mata yang dilakukan NSA.
Kala itu Snowden mengungkapkan, bahwa NSA telah mengumpulkan rekaman pembicaraan telepon jutaan warga Amerika, dalam melakukan kegiatan pengawasannya. Penghargaan diumumkan pada Senin (14/4) lalu di New York. Komite penjurian Pulitzer memuji, tulisan The Guardian yang dianggap membantu mengungkap aksi badan keamanan nasional itu.
Laporan itu memicu perdebatan tentang hubungan pemerintah dan publik, serta isu-isu keamanan dan privasi.
Menanggapi penghargaan tersebut, Snowden mengungkapkannya dalam sebuah pernyataan.
Menurutnya, keputusan pemberian penghargaan merupakan pembenaran, bagi setiap orang yang percaya bahwa masyarakat punya peran penting dalam pemerintahan.
"Kami berhutang pada upaya berani wartawan dan rekan-rekan yang terus bekerja dalam menghadapi intimidasi yang luar biasa, termasuk penghancuran bahan jurnalistik, penggunaan undang-undang terorisme yang tak tepat dan banyaknya tekanan lain untuk menghentikan apa yang dunia ketahui sekarang," ujar Snowden.
Snowden menambahkan, karya para jurnalis telah memberi masa depan yang lebih baik.
Keberanian para jurnalis dalam menyampaikan berita di tengah tekanan kuat juga menurutnya, membawa demokrasi yang lebih akuntabel.
Penulisan laporan mengenai NSA di The Guardian dipimpin oleh Glenn Greenwald, Ewen MacAskill dan pembuat film Laura Poitras. Sementara di The Washington Post, tulisan digawangi oleh Barton Gellman yang juga bekerja sama dengan Poitras. Keempat jurnalis sebelumnya dianugerahi penghargaan jurnalisme George Polk, untuk tulisan mereka mengenai NSA.
"Saya benar-benar sangat senang , dengan putusan komite Pulitzer bahwa kami benar dan terus terang. Ini benar-benar sulit untuk menentukan apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan dan sangat menyenangkan saat kita cukup dekat dengan kebenaran," ujar Gellman.
Ketika ia mendapat informasi soal NSA pertama kali, ia tak tahu nama sumbernya. Tapi ia mulai menyelidiki lebih dalam. Akhirnya The Post menyiapkan ruang untuk sekitar 40 wartawan, pengacara dan konsultan keamanan untuk memecah kode dan memverifikasi informasi Snowden.
Bocoran mengenai aksi mata-mata yang dilakukan NSA bergema di seluruh dunia. Hal tersebut memicu perdebatan di AS, terkait keseimbangan antara keamanan nasional dan privasi pribadi.
Atas kasus tersebut, Presiden AS Barack Obama pun memerintahkan Gedung Putih memeriksa kembali data pengawasan.
Dalam upaya mendapatkan kembali kepercayaan publik, Obama berjanji mengubah beberapa program pengawasan NSA.
Ia menunjuk dua panel untuk melakukan peninjauan.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, menolak berkomentar terkait pengumuman Pulitzer.
Snowden telah didakwa dengan tiga pelanggaran di AS. Ia merupakan orang kedelapan, yang akan didakwa melanggar undang-undang spionase 1917.
Snowden diancam dengan hukuman penjara maksimal 30 tahun, jika terbukti bersalah. Ia melarikan diri ke Rusia untuk mencari suaka selama setahun.
Pendukung Snowden telah membandingkan pengungkapan yang dilakukannya, dengan peristiwa 1971. Saat New York Times dan Washington Post memuat cerita tentang analisis rahasia Departemen Pertahanan Perang Vietnam, yang dikenal dengan Pentagon Papers.
Pemerintah kala itu berpendapat, artikel tersebut akan membahayakan keamanan nasional.
Namun Mahkamah Agung memutuskan, cerita surat kabar dibenarkan di bawah Amandemen Pertama. The Times juga memenangkan Pulitzer atas karyanya.