REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Moeldoko menunjukkan rasa penyesalannya atas sikap Singapura yang terpancing emosinya saat TNI AL mengabadikan Usman-Harun ke dalam dua kapal perang. Usman-Harun adalah prajurit Korps Komando Angkatan Laut (Marinir) yang terlibat peledakan McDonald House di Singapura pada 1965.
Kebijakan konfrontasi Dwikora yang dikobarkan Bung Karno itu mengakibatkan tiga orang tewas dan 33 orang lainnya terluka akibat serangan bom. Meski penamaan itu cukup kontroversial, Moeldoko mengaku tidak akan memenuhi tuntutan Singapura. Pasalnya, keputusan pemberian nama Usman-Harun melalui proses cukup lama sejak Desember 2012.
Moeldoko mengatakan, keputusan Mabes TNI sudah bulat. "Indonesia tidak mengira 'Usman Harun' akan berubah menjadi polemik, seperti ini. Mengapa? Ya karena pada awalnya kita tidak bermaksud mengungkit kembali masa lalu. Tidak sama sekali," kata mantan KSAD itu kepada Channel NewsAsia, Selasa (15/4) malam.
Moeldoko siap berada si garda terdepan untuk membela prajuritnya. Karena itu, ia akan menghadapi segala risiko atas kelanjutan pemberian nama kapal perang jenis fregat Usman-Harun.
"Meskipun begitu ada beberapa hal yang sensitif, yang tidak kita perkirakan dan berubah menjadi seperti ini. Ini tanggung jawab saya sebagai komandan militer untuk mengklarifikasikan situasi sebenarnya. Dan memastikan situasi ini tidak semakin memanas," kata Moeldoko.